Kalimantan Barat (disingkat Kalbar) adalah provinsi di Pulau Kalimantan, Indonesia, dengan ibu kota Pontianak. Terdapat banyak bangunan sejarah di Provinsi ini, diantara yang banyak dicari adalah sejarah yang ada di kalimantan barat, museum kalimantan barat, sejarah museum kalimantan barat, peninggalan sejarah jawa barat, pejuang yang berasal dari kalimantan barat adalah, kesimpulan museum kalimantan barat, pejuang dari kalimantan barat, fungsi dari museum kalimantan barat.
Daftar isi Bangunan Sejarah di Propinsi Kalimantan Barat:
- Bukit Kelam
- Bukit Rindu Alam
- Hutan Mangrove Setapuk
- Istana Al Mukarramah
- Kantor Bappeda Pontianak
- Kantor Pos Barang
- Kendawangan
- Keraton Istana / Kadriah
- Keraton Matan
- Lapangan Keboen Sajoek
- Makam Batu Layang
- Masjid Jami Pontianak
- Museum Provinsi Kalimantan Barat
- Rumah Radakng
- Saint Joseph Cathedral
- Sambas Sultanate Mosque
- SDN 14 Tamar
- Sinka Island Park
- Taman Alun Kapuas
- Tugu Khatulistiwa
- Vihara Bodhisatva Karaniya Metta
1. Bukit Kelam
Masyarakat di Kalimantan menyebut Gunung Kelam sebagai Bukit Kelam karena secara umum masyarakat setempat menyebut gunung sebagai "bukit raya". Untuk pendakian mencapai puncak dibutuhkan waktu 4-5 jam untuk naik dan 3-4 jam untuk turun.
2. Bukit Rindu Alam
Rindu Alam adalah objek wisata alam di Kalimantan Barat yang berupa sebuah bukit yang berlokasi tidak jauh dari pantai. Dari atas bukit ini, pengunjung dapat melihat pantai Pasir Panjang, pantai Pasir Pendek, tanjung Bajau dan juga pantai Bajau dengan jelas. Selain itu, pulau-pulau seperti pulau Simping, pulau Randayan dan juga pulau Kabung menjadi penghias keindahan pemandangan dari atas bukit ini. Pengunjung juga dapat menikmati keindahan kota Singkawang dengan melihat ke arah bagian kanan pantai. Beberapa gazebo dibangun dipinggiran bukit untuk bersantai. Selain itu, bukit ini ditanami berbagai macam tanaman bunga-bunga yang memperindah bukit ini.
3. Hutan Mangrove Setapuk
Hutan Mangrove Setapuk merupakan tempat wisata di Kalimantan Barat yang digagas oleh Kelompok Peduli Mangrove Surya Perdana Mandiri yang diketuai Bapak Jumadi.
DI tempat ini pengunjung dapat berwisata hutan seperti: berkemah, wisata alam, out bond, hunting foto, dan penelitian. Sementara untuk wisata air pengunjung dapat : memancing.
Pengunjung dpat menyusuri Hutan Mangrove dengan naik speedboat dengan harga sewa speedboat sebesar Rp3.000. Untuk dapat menikmati pemandangan hutan mangrove kita diharuskan naik ke atas tower yang tingginya 9 meter, dari atas tower ini, Anda perlu sabar mengantre karena dibatasi hanya untuk 4 – 5 orang saja. Untuk memasuki kawasan hutan mangrove ini kita akan dikenakan tarif masuk sebesar: Rp2.000/orang.
4. Istana Al Mukarramah
Istana Al Mukaromah Kesultanan Kota Sintang adalah salah satu bangunan bersejarah di Jalan Bintara, Kelurahan Kapuas Kiri Hilir, Kecamatan Sintang, Kabupaten Sintang, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Istana Al-mukarramah sendiri merupakan saksi awal mula berdirinya kota Sintang hingga menjadi pusat pemerintahan yang terletak di tempat strategis.
Bangunan tropis dan arsitektur rumah tinggal Belanda yang ke dalam tiga bangunan simetris seluas 652 meter persegi ini dibangun pada tahun 1937 masa pemerintahan raja ke-24 yaitu Raden Abdul Bachri Danu Perdana.
Hingga kini bangunan keraton masih berdiri tegak. Rangka kayu dengan pondasi tiang tongkat bersepatu beton jadi kontruksi utama. Atap istana menggunakan atap sirap kayu belian dan lantai berbahan dasar kayu belian.
5. Kantor Bappeda Pontianak
Bappeda adalah lembaga teknis daerah dibidang penelitian dan perencanaan pembangunan daerah yang dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur/Bupati/Wali kota melalui Sekretaris Daerah
Kantor Bappeda Pontianak berlokasi / beralamat di Jalan Zainuddin No.5, Tengah, Pontianak Kota. Bangunannya Kantor Bappeda Pontianak bercat putih, dengan atap sirap. Menghadap ke arah barat laut. Hampir keseluruhannya menggunakan kayu belian.
Bangunan di areal kompleks ini dulunya merupakan kompleks perkantoran pemerintahan resident Borneo Westeraffdeeling. Berada di Heerenstraat , kini jalan Zainudin. Secara administratif, masuk kedalam wilayah Kelurahan Darat Sekip, Kecamatan Pontianak Kota.
Bangunannya memanjang sampai kurang lebih 30 meter. Dulunya merupakan Balaikota Kota Pontianak. Kini digunakan sebagai kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pontianak. Dan memiliki sekitar 18 ruangan
Dari halaman bangunan ini nampak begitu megah. saat memasukinya, kita akan melewati tiga anak tangga yang terdapat di depan pintu utama. Setelahnya tepat di hadapan akan terlihat aula yang diberi nama Rohana Mutholib. Ke sebelah kanan dan kiri terdapat selasar yang memanjang.
6. Kantor Pos Barang pontianak
Bangunan Kantor Pos Lama atau kantor pos barang berada dijalan Rahadi Oesman, Pontianak Kota berdekatan dengan bangunan Bank Indonesia dan Kantor Walikota Pontianak. Lokasinya tidak jauh dari lapangan Alun-Alun Kapuas dan Pelabuhan Pontianak.
Bangunan ini, sampai sekarang masih kokoh berdiri dan masih berfungsi sebagai kantor pos yang di kelola oleh PT POS. Khusus melayani ekspedisi pengiriman barang.
Bangunan kantor pos yang pertama dan menjadi kantor Pos pusat (sebelum dipindahkan ke jalan Sultan Syarif Abdurahman) Kota Pontinak ini memiliki corak bangunan nuansa arsitektur indies. Berwarna putih pastel, beberapa sisi bangunan berwarna oranye dan beratap kayu sirap. Dengan ukuran pintu dan jendela yang lebar dan tinggi serta jarak antara lantai dengan dek atapnya yang tinggi memberikan kesan luas dan megah bangunan ini.
Bangunan Kantor Pos Lama dibangun pertama kali pada tahun 1858 oleh pemerintahan Kolonial Hindia Belanda. Awalnya bangunan ini difungsikan sebagai ‘post telegraf kantoor’ (kantor pos). Berdasarkan Platte Grond Van de Hoofdplaats Pontianak, 1 Maart 1934 (peta Pontianak 1934). Post telegraf kantoor ini berada di simpang heerenstraat (sekarang jalan zainudin) dan Larive Park (sebagian kawasan taman ini sekarang menjadi Taman Alun Kapuas). Di sebelah barat laut terdapat bundaran plein resident kater, kini menjadi sebuah taman. Di samping sebelah Timur terdapat De Javasche Bank (sekarang Bank Indonesia). Di depannya terdapat tennisvelden (lapangan tenis, sekarang berada di halaman hotel kartika). (sumber : Pontianak Heritage)
7. Kendawangan
Kota Kendawangan adalah sebuah Kota Kecil di Kalimantan Barat, Indonesia. Kendawangan adalah sebuah kota kecil yang berada di ujung selatan provinsi Kalimantan Barat. Luas wilayah 7.120 km2, jumlah penduduk 181.585 Jiwa. Pertambangan dan perkebunan merupakan bidang yang paling banyak menyumbang kas daerah. Pertambangan yang ada di kendawangan adalah timah hitam, emas, intan, biji besi, alumunium (bauksit), nikel, dll.sedangkan untuk sektor perkebunan, Kelapa sawit mandominasi seluruh wilayah kendawangan.
8. Keraton Istana / Kadriah
Keraton Kadariah (Keraton Qadriah) adalah istana Kesultanan Pontianak yang dibangun pada dari tahun 1771 sampai 1778 masehi. Sayyid Syarif Abdurrahman Al-qadrie adalah sultan pertama yang mendiami istana tersebut. Keraton ini berada di dekat pusat Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Sebagai cikal-bakal lahirnya Kota Pontianak, Keraton Qadriah menjadi salah satu objek wisata sejarah. Dalam perkembanganya, keraton ini terus mengalami proses renovasi dan rekrontuksi hingga menjadi bentuk yang sekarang ini.
Secara historis Keraton Kadariah mulai dibangun pada tahun 1771M dan baru selesai pada tahun 1778M. Tak lama setelah Keraton selesai dibangun Sayyid Syarif Abdurrahman Alkadri di nobatkan sebagai sultan pertama Kesultanan Pontianak. Dalam perkembanganya, keraton ini terus mengalami proses renovasi dan rekonstruksi hingga menjadi bentuk yang sekarang ini.
Struktur bangunan Keraton Kadariah terbuat dari kayu pilihan. Pada bagian depan, tengah, dan kiri depan Keraton kita dapat melihat 13 meriam kuno buatan Portugis dan Prancis. Sebuah ruangan berupa mimbar yang menjorok kedepan yang dulunya digunakan Sultan sebagai tempat peristirahatan atau untuk sekadar untuk menikmati keindahan pemandangan sungai kapuas dan sungai landak. di ruangan ini juga kita dapat melihat Genta, sebuah alat yang dulunya dipakai untuk penanda adanya marabahaya.
Pada aula utama keraton ini juga terdapat cermin antik dari Prancis yang oleh masyarakat setempat disebut "Kaca Seribu". Di dalam Keraton seperti halnya Keraton-keraton melayu lainya yang didominasi oleh warna Kuning.
Keraton Kadariah juga masih memiliki koleksi benda- benda bersejarah yang cukup lengkap seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun temurun, benda-benda kuno seperti benda pusaka dan artefak, barang pecah belah, foto keluarga Sultan dan arca- arca. Beberapa ruangan pribadi milik keluarga kesultanan juga dibuka untuk umum, walaupun terdapat beberapa larangan ketika pengunjung luar memasukinya.
9. Keraton Matan
Keraton Matan merupakan sisa-sisa dari Kerajaan Simpang – Matan yang dirajai oleh Gusti Muhammad Saunan pada saat berkuasa saat itu. Saat ini, Keraton Matan dipergunakan sebagai museum yang menampilkan berbagai memorabilia koleksi istana, seperti singgasana sultan dan permaisurinya, foto sultan dan keluarganya, kain tenun khas kerajaan, tempat tidur Panembahan Gusti Muhammad Saunan, aneka batik kuno, serta benda-benda dan peralatan-peralatan peninggalan Kesultanan Tanjungpura lainnya, tersimpan dengan baik di dalam istana.
Keraton Kerajaan Matan berada di jalan Pangeran Kesumajaya, Desa Mulia Kerta, Kecamatan Benua Kayong. Lokasi Keraton Matan apablila ditempuh dengan jalan darat kurang lebih berjarak 12 km atau sekitar 15 menit dari pusat kota.
Istana Muliakarta pertama kali dibangun oleh Pangeran Perdana Menteri yang bergelar Haji Muhammad Sabran, Sultan ke-14 Kesultanan Tanjungpura, yang bertahta dari tahun 1845 sampai dengan tahun 1924 M.
Istana ini terus mengalami renovasi dan rekonstruksi beberapa kali, sehingga menjadi seperti yang terlihat sekarang ini. Sultan ke-16, adalah Sultan yang merombak istana tersebut secara besar-besaran. Panembahan Saunan mengganti arsitektur Istana Muliakarta dengan gaya arsitektur Eropa karena beliau pernah studi di Belanda dan tinggal cukup lama di Negeri Kincir Angin tersebut.
Bangunan berarsitektur panggung terdiri dari bagian kaki, badan dan atap. Mempunyai luas bangunan 714 m2. Terbuat dari kayu ulin. Bagian kaki berupa tiang kayu ulin yang difungsikan sebagai tiang penyangga bangunan, sedangkan pada bagian badan terdiri dari balai pertemuan, kantor tempat kerja sultan, dan tiga kamar yang dahulunya digunakan sebagai tempat tinggal sultan. Selain itu pada sisi sebelah barat daya terdapat menara dulunya difungsikan sebagai tempat penjaga. Bagian Atap berbentuk pelana, pada bumbungan atap bagian depan istana terdapat mahkota kerajaan yang berukir detail dan artistik. Halaman depan istana terdapat sebuah menara yang dahulunya diperkirakan berfungsi sebagai pos penjagaan istana. Di depan istana juga terdapat 2 buah meriam, salah satu senjata peninggalan kesultanan. (Sumber)
10. Lapangan Keboen Sajoek
Awalnya tanah tersebut adalah tanah lapang biasa, kemudian para petani dari etnis Tionghoa memanfaatkan untuk bercocok tanam beraneka ragam jenis sayuran. Namun karen tidak terurus dan ditumbuhi tumbuhan liar, kawasan tersebut dimanfaatkan untuk bermain layangan dan sepak bola.
Oleh pemerintah Hindia Belanda area Keboen Sajoek tersebut dikembangkan menjadi lapangan sepakbola yang diberi nama 'Pontianak Sport Vereeniging' atau disingkat PSV atau akrab dengan dialek dan logat masyarakat Pontianak disebut PSP.
Peristiwa sejarah pernah terjadi di lapangan Keboen Sajoek yakni pada 24 Oktober 1949 dilaksanakan upacara pengibaran bendera Merah Putih di Pontianak.
Upacara pengibaran bendera tersebut diprakarsai oleh Gabungan Persatuan Indonesia (GAPI) yang dihadiri oleh sekitar 3.000 orang dari berbagai kalangan masyarakat. (Sumber)
11. Makam Batu Layang
Makam Kesultanan Pontianak di Batu Layang merupakan komplek pemakaman yang dikhususkan bagi para Sultan Pontianak dan keluarganya. Makam Sultan Pontianak dikunjungi oleh peziarah dan wisatawan untuk mengetahui lebih lengkap tentang riwayat para Sultan Pontianak, dengan segala bukti keberadaannya.
Pada awalnya lokasi Makam Sultan Pontianak sebagai makam Sultan Abdurrahman yang wafat pada tahun 1808. Sultan dan kerabatnya telah memilih makam mereka di pinggir sungai Kapuas didaerah Batu Layang.
Makam Sultan Syarif Abdurrahman terbuat dari kayu belian bertingkat dua. Diukir dengan motif tumbuhan bersulur yang selalu ditutupi dengan kelambu berwarna terang. Disampingnya terdapat makam isterinya Puteri Utin Chandramidi yang wafat tahun 1246 H atau tahun 1830. Makam Sultan Syarif Kasim yang wafat tahun 1819 berpagar kayu dan berkelambu kuning. Disampingnya terdapat makam seorang isteri dan anaknya. Begitupun makam Sultan Syarif Usman yang wafat ahun 1860, dimakamkan bersama isteri dan keluarganya. Makam Sultan Syarif Usman dalam satu ruang berpagar khusus. Nisan para Sultan yang berbentuk gada, menunjukkan bahwa itu adalah makam seorang lelaki. Nisan keluarga perempuan bebrbentuk pipih.
Demikian pula dengan makam Sultan Hamid I, Sultan Syarif Yusuf, Sultan Syarif Muhammad, Sultan Syarif Thaha dan Sultan Hamid II dalam kelompok tersendiri.
12. Masjid Jami Pontianak
Masjid Jami' Pontianak atau dikenal juga dengan nama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman adalah masjid tertua dan terbesar di Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Masjid ini merupakan satu dari dua bangunan yang menjadi pertanda berdirinya Kota Pontianak pada 1771 Masehi, selain Keraton Kadriyah.
Masjid Jami' Pontianak dapat menampung sekitar 1.500 jamaah salat. Masjid akan penuh terisi jamaah salat, saat waktu salat Jumat dan tarawih Ramadan. Pada sisi kiri pintu masuk masjid, terdapat pasar ikan tradisional. Di belakangnya merupakan permukiman padat penduduk Kampung Beting, kelurahan Dalam Bugis dan di bagian depan masjid, yang juga menghadap ke barat, terbentang Sungai Kapuas.
Pendiri masjid sekaligus pendiri Kota Pontianak adalah Syarif Abdurrahman Alkadrie. Ia seorang keturunan Arab, anak Al Habib Husein, seorang penyebar agama Islam dari Jawa. Al Habib Husein datang ke Kerajaan Matan pada 1733 Masehi. Al Habib Husein menikah dengan putri Raja Matan (kini Kabupaten Ketapang) Sultan Kamaludin, bernama Nyai Tua. Dari pernikahan itu lahirlah Syarif Abdurrahman Alkadrie, yang meneruskan jejak ayahnya menyiarkan agama Islam.
13. Museum Provinsi Kalimantan Barat
Museum Provinsi Kalimantan Barat adalah sebuah museum yang berlokasi di Jalan Jenederal Achmad Yani, Kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Museum ini menyimpan berbagai benda-benda bernilai historis yang ada di Provinsi Kalimantan Barat salah satunya peninggalan-peninggalan sejarah dari peradaban beberapa jenis suku bangsa yang ada di Kalimantan Barat, yaitu: Suku Melayu, Suku Dayak, dan Suku Tionghoa[1]. Jam kunjungan museum ini yaitu pada hari Selasa-Minggu 08.00-14.00, Jumat 08.00-11.00 dan 12.30-14.00. Sedangkan Hari Senin dan libur nasional tutup.
Museum Provinsi Kalimantan Barat dirintis sejak tahun 1974 oleh Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat melalui Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Permuseuman Kalimantan Barat. Fungsionalisasinya diresmikan pada tanggal 4 Oktober 1983 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud, sejak itu Museum Provinsi Kalimantan Barat dibuka untuk umum. Luas tanah museum ini ± 3905 meter persegi, sedangkan luas lahan keseluruhan ± 28.167 meter persegi.
14. Rumah Radakng
14. Rumah Radakng
Rumah Radank adalah sebutan untuk rumah panjang suku Dayak Kanayatn di provinsi Kalimantan Barat. Rumah Radakng merupakan rumah panjang yang menjadi rumah adat bagi Suku Dayak yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Ini merupakan rumah adat terbesar yang ada di Indonesia dan menjadi sebuah landmark bagi kota Pontianak setelah Tugu Khatulistiwa. Rumah Radakng memiliki ukuran panjang 138 meter dengan tinggi 7 meter. Lokasinya berada di Jalan Sutan Syahrir Kota Baru Pontianak.ayak Iban di negara bagian Sarawak dan provinsi Kalimantan Barat.
15. Saint Joseph Cathedral
Paroki Santo Yoseph Katedral Pontianak merupakan paroki dari Gereja Katolik Roma di pusat Keuskupan Agung Pontianak. Pusat Paroki Katedral Pontianak berada di Kelurahan Darat Sekip - Kecamatan Pontianak Kota, di Kota Pontianak - Kalimantan Barat. Bangunan gereja pusat paroki ini, Gereja St Yoseph, merupakan gereja katedral --tempat tahta uskup Keuskupan Agung Pontianak; diresmikan pada 19 Desember 2014 oleh Gubernur Kalbar Drs. Cornelis MH, dan pemberkatannya pada 19 Maret 2015 --bertepatan dengan Pesta St. Yosef menurut kalender liturgi Katolik Roma. Paroki Katedral Pontianak sejak awal dirintisnya sampai dengan saat ini digembalakan oleh para imam dari ordo Kapusin (OFMCap).
16. Sambas Sultanate Mosque
Masjid Kesultanan Sambas atau Masjid Jami Keraton Sambas adalah masjid yang berada di komplek keraton Kesultanan Sambas, Kota Sambas, Kalimantan Barat. Masjid yang resminya bernama Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Masjid Jami Keraton Sambas ini awalnya merupakan rumah sultan yang kemudian dijadikan musala. Dibangun oleh Sultan Umar Aqomuddin yang memerintah Negeri Sambas pada tahun 1702-1727 Masehi, kemudian masjid kecil itu direnovasi oleh putranya, Sultan Muhammad Saifuddin dan dikembangkan menjadi masjid jami dan diresmikan pada tanggal 10 Oktober 1885 M. Masjid ini tercatat sebagai masjid tertua di Kalimantan Barat.
Jumlah tiang tengah bagian dalam Mesjid Jami' berjumlah delapan batang yang bermakna pendirinya adalah Sultan ke-8 atau Sultan ke-14 garis Kesultanan Kerajaan Sambas. Semua dari bangunan ini juga terbuat dari kayu belian.
17. SDN 14 Tamar
SDN 14 Tamar secara administratif berada di Jalan Tamar, Kelurahan Mariana, Kecamatan Pontianak Kota, Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Menurut sejarahnya, bangunan ini dulunya adalah Hollandsch Inlandsche School (HIS), sebutan SD pada masa Belanda.
Awalnya, sekolah tersebut hanya diperuntukan bagi anak-anak orang Belanda saja. Pada tahun 1928, Pemerintah Hindia Belanda memperbolehkan orang pribumi untuk bersekolah di HIS tersebut, walaupun masih sebatas memperbolehkan anak-anak petinggi dan pejabat saja. Baru pada tahun 1950 usai Indonesia mengalami kemerdekaan, masyarakat pribumi dari semua kalangan diperbolehkan dan memiliki kesempatan yang sama dengan yang lainnya dalam mengenyam pendidikan di sekolah ini.
Bangunan SDN 14 Tamar merupakan bangunan panggung dengan tiang terbuat dari kayu belian, berdenah persegi panjang bercirikan arsitektur tradisional Melayu.
18. Sinka Island Park
Sinka Island Park adalah salah satu objek wisata yang berada di Jalan Malindo Teluk Karang, Kelurahan Sedau, Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat yang jaraknya hanya sekitar 8 km dari Kota Singkawang. Objek wisata ini terletak di teluk Ma’jantuh atau teluk Karang. Lokasi ini dapat ditempuh dengan perjalanan sekitar 3 jam dari Kota Pontianak dan sekitar 30 menit dari Kota Singkawang. Sinka Island Park adalah perpaduan antara wisata alam dan wisata modern.
Tempat wisata ini memiliki keindahan pantai yang masih alami. Pengunjung dapat menikmati pemandangan pantai dengan menaiki delman atau kuda yang dapat disewa di objek wisata ini. Di kawasan wisata ini juga terdapat beberapa fasilitas pendukung lain, seperti kolam renang, dan beberapa kios minuman dan makanan yang menyediakan berbagai macam sajian kuliner yang lezat.
Salah satu area yang paling populer di Sinka Island Park adalah Sinka Zoo. Sinka Zoo adalah sebuah kebun binatang dengan topografi yang berbukit–bukit. Area Sinka Zoo berada di bagian selatan Sinka Island Park, yaitu sekitar 500 meter setelah memasuki ke dalam kawasan Sinka Island Park. Konsep pada Sinka Zoo hampir sama dengan di Taman Safari. Di Sinka Zoo, pengunjung dapat berkeliling di kebun binatang ini dengan menaiki mobil. Selain itu, pengunjung juga diperbolehkan untuk turun dari mobil jika ingin berfoto-foto dengan hewan-hewan. Untuk masuk ke dalam Sinka Zoo ini, pengunjung akan dikenai tiket masuk dengan harga Rp.10.000 per orang.
Selain bisa berkunjung ke Sinka Zoo, tempat wisata lain yang dapat dikunjungi adalah pulau Simping. Pulau Simping merupakan sebuah pulau yang kecil dan mungil. Dari Sinka Island Park, pulau ini dihubungkan oleh sebuah jembatan.
Wisata terakhir yang dapat dikunjungi adalah pantai Bajau. Untuk berkunjung ke pantai Bajau, akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp.20.000 per orang. Pantai Bajau memiliki karakteristik berbatu dengan panorama alamnya yang indah. Dengan kondisi yang berbatu, pengunjung tentu akan kesulitan jika ingin berenang di pantai ini.
Di pantai Bajau, pengunjung juga dapat mencoba wahana permainan air banana boat dengan harga sewa sebesar Rp.200.000 untuk 6 orang selama 15 menit.
19. Taman Alun Kapuas
Taman Alun Kapuas merupakan salah satu lokasi wisata di kota Pontianak Provinsi Kalimantan Barat. Tata letaknya di tengah kota menjadikan Taman Alun Kapuas bisa dikunjungi dari arah mana saja. Hampir setiap harinya lokasi ini ramai dikunjungi oleh masyarakat yang datang bersama keluarga dan sesekali tampak wisatawan asing datang ke tempat ini. Taman yang merupakan salah satu proyek ‘Waterfront City’ dari Pemerintah Kota Pontianak, dan sering disebut dengan nama Taman Alun-alun Kapuas itu sendiri terletak di Pinggiran Sungai Kapuas, Pontianak, tepatnya berada di depan kantor wali kota Pontianak yakni di sekitaran Jalan Rahadi Usman.
Taman Alun-Alun Kapuas ini memiliki bentuk dan dekorasi yang amat tertata rapi, sehingga tempat ini sering menjadi sarana refresing bagi beberapa kalangan masyarakat umum kota Pontianak, apalagi di tambah dengan adanya air mancur yang sangat indah, dengan dikelilingi anak-anak tangga taman alun-alun Kapuas serta ditambah dengan replika Tugu Khatulistiwa yang menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi Kalimantan barat ini.
20. Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Provinsi Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah kota Mempawah. Tugu ini menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak dan selalu dikunjungi masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Pontianak.
Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada di atas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan "menghilang" beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar tugu.
Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.
Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa: Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- Indiƫ: Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak dengan konstruksi awal tugu pertama yang dibangun tahun 1928 berbentuk tonggak dengan anak panah.
21. Vihara Bodhisatva Karaniya Metta
Vihara Bhodisatva Karaniya Metta (Kelenteng Tiga Dewa Dewi) adalah sebuah tempat beribadat agama Budha yang berada di Jl Sultan Muhammad, Pontianak. Kelenteng Tiga Dewa Dewi (Sa Sin Keng) didirikan tahun 1906.