Beranda · Alat Musik · Budaya · Lambang · Wisata Sejarah

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Kalimantan Tengah (disingkat Kalteng) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Kota Palangkaraya. Beberapa frasa yang sering muncul di pencaran internet terkait bangunan peninggalan Kalteng adalah : peninggalan sejarah dari provinsi kalimantan tengah, peninggalan sejarah kalimantan tengah, sebutkan 3 peninggalan sejarah dari provinsi kalimantan tengah, sebutkan tiga peninggalan sejarah dari provinsi kalimantan tengah, peninggalan sejarah sumatera selatan, peninggalan sejarah sulawesi tengah, peninggalan sejarah jawa tengah, sejarah singkat kalimantan tengah

Daftar isi Bangunan Sejarah di Propinsi Kalimantan Tengah



1. Bukit Batu

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Bukit batu merupakan lokasi pertapaan Pahlawan Nasiolan asal Kalimantan Tengah, Tjilik Riwut. Bukit ini berlokasi di Perbatasan Kota Palangka Raya dan Kabupaten Katingan. Berjarak 83 Km dari pusat Kota Palangka Raya dan memakan waktu sekitar 30 menit. 


2. Bundaran Besar Palangka Raya

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Bundaran Besar Palangka Raya merupakan Landmark terbesar yang dimiliki Kota Palangka Raya. Bundaran ini adalah salah satu bangunan bersejarah dan sarat filosofi yang dibuat di awal-awal pembentukan Kota Palangka Raya. Bundaran ini merupakan titik KM 0 Provinsi Kalimantan Tengah yang juga dimaksudkan sebagai Pusat Kota Palangka Raya. Diperoleh sebagai jalan menyilang menuju monumen Bundaran Besar, dengan jari-jari Bundaran terdiri 2 X 45 Meter. Sementara jari-jari lingkar monumen bergantung 17 Meter. Desain tersebut merupakan simbolisasi Tanggal, Bulan dan Tahun kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Delapan jalan silang ini juga memiliki dua makna yaitu menyimbolkan posisi Kota Palangka Raya pada perubahan posisi rumpun kepulauan yaitu Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Irian Jaya,


3. Istana/ Astana Al-Nursari

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Istana/ Astana Al-Nursari berokasi di Jl. Merdeka Kelurahan Kotawaringin Hulu, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat.

Astana Al-Nursari diperkirakan berdiri pada tahun 1867 M yang dibangun oleh Sultan Pangeran Paku Sukma Negara (Sultan Ke XII), angka tahun pembangunan Astana ini tercantum dalam prasasti yang terbuat dari kayu ulin yang terletak pada pintu masuk rumah dengan bertuliskan huruf arab berbahasa melayu. Astana Al-Nursari bukan istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja, melainkan sebagai tempat tinggal kaum bangsawan keturunan Raja/Sultan Kotawaringin yang masih menetap di Kotawaringin Lama setelah perpindahan pusat kerajaan ke Pangkalan Bun.

Bangunan Astana Al-Nursari merupakan bangunan dengan tipe rumah panggung yang berbentuk persegi empat panjang dan menggunakan kayu ulin. Rumah ini terdiri dari tiga  bangunan yang dihubungkan dengan selasar yang menyatu dengan massa bangunan dengan atap tersendiri, dan diantara pertemuan atap bangunan ini terdapat talang air yang terbuat dari kayu ulin utuh yang dibelah menjadi dua dan pada bagian tengah dilubangi sebagai tempat aliran air hujan. Ukuran  tinggi lantai 190 cm dari permukaan tanah. Pintu bangunan menggunakan model daun pintu ganda dengan system sumbu kayu dan jendela juga menggunakan model daun ganda dengan poros samping dengan teralis kayu pada kusennya. Atap bangunan berbentuk pelana kuda yang dikombinasikan dengan bentuk perisai dan menggunakan atap sirap dari kayu ulin.

Berdirinya Astana Al-Nursari diperkirakan pada tahun 1867 M yang dibangun oleh Sultan Pangeran Paku Sukma Negara (Sultan Ke XII), angka tahun pembangunan Astana ini tercantum dalam prasasti yang terbuat dari kayu ulin yang terletak pada pintu masuk rumah dengan bertuliskan huruf arab berbahasa melayu. Astana Al-Nursari bukan istana sebagai pusat pemerintahan dan tempat tinggal raja, melainkan sebagai tempat tinggal kaum bangsawan keturunan Raja/Sultan Kotawaringin yang masih menetap di Kotawaringin Lama setelah perpindahan pusat kerajaan ke Pangkalan Bun.

Bangunan Astana Al-Nursari merupakan bangunan dengan tipe rumah panggung yang berbentuk persegi empat panjang dan menggunakan kayu ulin. Rumah ini terdiri dari tiga  bangunan yang dihubungkan dengan selasar yang menyatu dengan massa bangunan dengan atap tersendiri, dan diantara pertemuan atap bangunan ini terdapat talang air yang terbuat dari kayu ulin utuh yang dibelah menjadi dua dan pada bagian tengah dilubangi sebagai tempat aliran air hujan. Ukuran  tinggi lantai 190 cm dari permukaan tanah. Pintu bangunan menggunakan model daun pintu ganda dengan system sumbu kayu dan jendela juga menggunakan model daun ganda dengan poros samping dengan teralis kayu pada kusennya. Atap bangunan berbentuk pelana kuda yang dikombinasikan dengan bentuk perisai dan menggunakan atap sirap dari kayu ulin. Sumber : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/destinasi-wisata-budaya-di-kalimantan-tengah/


4. Istana Kuning

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Istana Kuning adalah sebuah bangunan indah warisan Kerajaan Kutaringin. Istana ini berada tepat di jantung Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Istana Kuning yang satu ini tidaklah berwarna kuning kecuali pada gerbangnya saja.

Istana ini didirikan pangeran ke-9 dari Kerajaan Kutaringin, yaitu Imanudin yang menjabat pada 1811-1841. Konon, Istana Kuning sebenarnya adalah istana kedua yang dibangun di Kalimantan Tengah setelah Istana Al Mursari di Kotawaringin Lama. Istana ini merupakan kebanggaan sejarah dan budaya kerajaan Islam di Kalimantan Tengah.

Bangunannya serupa rumah panggung yang megah meskipun terbuat dari kayu ulin. Kayu khas Kalimantan ini terkenal karena kekuatannya. warnanya dibiarkan kecokletan alami tanpa dicat. Bangunan asli istana merupakan perpaduan berbagai kebudayaan seperti Melayu, China, dan Dayak.


5. Kuta Bataguh

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah
SANDUNG – Situs Kuta Bataguh yang masih tersisa berupa Sandung di kecamatan Bataguh kabupaten Kapuas, kalselpos.com

Secara administratif, Kuta Bataguh termasuk wilayah Desa Pulau Kupang, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Di sinilah terdapat lokasi situs yang berada di antara dua handil, yaitu Handil Alai, dan Handil Kota. Kuta Bataguh menyimpan banyak sejarah dan misteri terkait dengan legenda putri Nyai Undang, hal ini terbukti dengan ditemukannya beberapa Artefak.

Situs kuta Bataguh yang merupakan cagar budaya, adalah merupakan sebuah kerajaan yang hilang, terlihat dari satelit merupakan benteng terbuat dari kayu ulin yang memagari  berbentuk elip atau oval. Didalam lingkaran ada semacam sandung atau bangunan tempat meletakan seserahan atau sesajen. Sekitar tahun 90 an, banyak ditemukan warga, barang barang berharga, sebagai pertanda ditempat ini dulu ada kerajaan yang hilang atau the lost city, dimana barang barang peninggalan dari situs ini, pernah di pamerkan di City Mall, pusat perbelanjaan di jalan Pemuda Kuala Kapuas.

Sumber: 


6. Kuta Hantapang

Kuta Hantapang merupakan situs bersejarah Suku Dayak yang diperkirakan berusia sekitar 400 yang tahun yang berhasil ditemukan. Salah satu peradaban tertua di Kalimantan itu ditemukan di bawah tanah di Desa Hantapang Mujai, Kecamatan Rungan, Kabupaten Gunung Mas (Gumas).

Kuta adalah benteng yang dibangun untuk pertahanan selama periode pengayauan. Kuta Hantapang terletak di pemukiman tua (kaleka) masyarakat Dayak Ngaju di Desa Hantapang, Kabupaten Rungan Hulu, Kabupaten Gunungmas, Provinsi Kalimantan Tengah. Situs ini penting karena relatif lebih utuh dibandingkan dengan yang lain.


7. Masjid Kiai Gede

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Masjid Kiai Gede adalah sebuah masjid yang terletak di kecamatan Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, provinsi Kalimantan Tengah. Masjid ini menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Kotawaringin.

Masjid Jami Kiai Gede di Kotawaringin merupakan masjid tertua di propinsi Kalimantan Tengah warisan dari kesultanan Kotawaringin. Kesultanan Kotawaringin merupakan kesultanan pertama dan satu satunya yang pernah berdiri di wilayah propinsi Kalimantan Tengah. Nama Kiai Gede yang menjadi nama masjid ini merupakan nama dari nama seorang Ulama dari tanah jawa yang berjasa menyebarkan Islam di Kotawaringin.

Masjid Kyai Gede terletak di pusat Kotawaringin dan tepatnya di sebelah tenggara alun-alun. Bangunan masjid dikelilingi pagar kayu setinggi 1,25 m. Denah masjid berbentuk bujur sangkar berukuran 15,5 x 15,5 m dengan tipe joglo. Masjid ini merupakan rumah panggung/kolong dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah. Lantai dan dinding terbuat dari kayu ulin. Di samping masjid terdapat tangga kayu yang digunakan untuk masuk ke dalam ruangan masjid. Di dalam bangunan terdapat 36 buah tiang yang terdiri dari tiga jenis.


8. Museum Negeri Balanga

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Museum Balanga merupakan museum yang terletak di ibukota Kalimantan Tengah yaitu Kota Palangka Raya, tepatnya di jalan Tjilik Riwut KM 2,5. Dulunya museum ini merupakan Gedung Monumen Dewan Nasional (GMDN) yang dibangun pada tahun 1963 dan diresmikan pada tanggal 6 April 1973 dengan nama “Balanga”. Direktur Jenderal Pendidikan dan Kebudayaan GVH Vooger meresmikan museum tersebut menjadi Museum Negeri Provinsi Kalimantan Tengah “Balanga”, yang kemudian menjadi UPT. Museum Kalimantan Tengah “Balanga” di bawah pembinaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Tengah.

Di museum ini terdapat berbagai jenis benda-benda kehidupan sehari-hari masyarakat tradisional Kalimantan Tengah. Ada pula benda-benda kesenian adat, senjata perang suku Dayak, dan berbagai mata uang yang pernah digunakan dalam masyarakat Indonesia pada zaman dulu. Selain itu, di museum ini juga terdapat Fosil ikan raksasa yang berjarak sekitar 6 meter dan lebar 1,5 meter.


9. Rumah Betang Tumbang Gagu

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Rumah Betang Tumbang Gagu atau Betang Antang Kalang adalah sebuah rumah adat Dayak Ngaju yang berlokasi di desa Tumbang Gagu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. Rumah ini mulai dibangun pada 1870 oleh enam kepala keluarga dengan lama pengerjaan selama tujuh tahun. Betang baru ditempati pada tahun 1878. Enam kepala keluarga yang mendiami betang tersebut antara lain Boruk Dawut, Pangkong Iding Dandu, Singa Jaya Antang Kalang, Manis Bin Lambang Dandu, Rais Bin Lambang Dandu, Bunter dan Karamu.

Betang Tumbang Gagu dibangun di atas lahan ukuran panjang 130 meter, lebar 110 meter dan luas 14.300 meter persegi. Ukuran bangunan betang Tumbang Gagu, yakni panjang 47,47 meter, lebar 15,50 meter dan luas sekitar 735,785 meter persegi.


10. Rumah Pangeran Adipati Mangkubumi

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Rumah Pangeran Adipati Mangkubumi berlokasi di desa Raja, Kota Pangkalan Bun, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat. Rumah Pangeran Adipati Mangkubumi ini diperkirakan dibangun pada tahun 1850, merupakan rumah pribadi warisan Ratu Kuning (Ratu Adipati Mangkubumi I) yang berasal dari warisan orang tuanya yaitu Pangeran Ratu Anum Kesumayuda. Rumah ini bukan rumah pejabat kerajaan, melainkan rumah tempat tinggal pribadi yang dimiliki dan ditempati oleh Pangeran Adipati Mangkubumi Kerajaan Kotawaringin. Pangeran Adipati Mangkubumi adalah mantu dari Pangeran Ratu Anum Kesumayuda yang merupakan sultan ke-XI dari Kerajaan Kotawaringin (1865-1904). Pada masa revolusi, rumah ini digunakan sebagai tempat persembunyian pejuang ekspedisi I dari tahun 1946-1949 yang terutama berasal dari pejuang luar daerah yang akan melanjutkan perjalanan ke Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan melalui rumah-rumah penduduk.

Rumah Pangeran Adipati Mangkubumi merupakan bangunan tradisional yang terdiri dari 5 bangunan yaitu; bangunan induk berukuran 21 x 23 meter, bangunan penerima tamu (semacam pendopo) berukuran 7 x 13 meter, bangunan tempat tinggal pembantu/pelayan berukuran 8 x 6,5 meter, bangunan depan berukuran 10 x 15 meter, dan bangunan dapur serta gudang berukuran 9×5 meter. Denah bangunan berupa empat persegi panjang berukuran 25,70 x 20,75 meter, dengan panjang bangunan keseluruhan 95,67 meter, tinggi bangunan utama 8,20 meter, bentuknya berkolong (panggung) ± 1,40 meter dari permukaan tanah, dan disangga oleh tiang-tiang utama sebanyak 30 buah tiang berbentuk bulat, dan 14 buah tiang berbentuk segi empat yang langsung ditancapkan ke tanah. Bangunan bekas Rumah Pangeran Adipati Mangkubumi ini tidak terdapat hiasan (polos). Satu-satunya hiasan berupa ukiran berbentuk suluran berada di bagian pintu. Ukiran ini dipahat pada pinggiran pintu, dicat warna kuning keemasan, merah, dan hijau.


11. Tugu Soekarno

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Tengah

Monumen Tugu ini berada di kota Palangkaraya dan biasa disebut tugu Soekarno ini merupakan monumen untuk mengingat peletakan batu pertama di kota Palangkaraya oleh Ir. Soekarno. Terdapat kawasan hijau yang mengelilingi tugu. Dapat kita lihat bahwa kawasan hijau telah ditata dengan baik.

Pada 17 Juli 1957, Presiden Soekarno meletakan tiang pertama Pembangunan Kota Palangkaraya ditandai dengan peresmian Monumen/Tugu Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah di Pahandut yang bermakna sebagai berikut:
  • Angka 17 melambangkan hikmah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
  • Tugu Api berarti api tak kunjung padam, semangat kemerdekaan dan membangun.
  • Pilar yang berjumlah 17 berarti senjata untuk berperang.
Segi Lima Bentuk Tugu melambangkan Pancasila mengandung makna Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1958 Ibu Kota Provinsi yang dulunya Pahandut berganti nama dengan Palangkaraya.