Beranda · Alat Musik · Budaya · Lambang · Wisata Sejarah

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan

Kalimantan Selatan (disingkat Kalsel) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Ibu kotanya adalah Banjarmasin. Kawasan Kalimantan Selatan pada masa lalu merupakan bagian dari 3 kerajaan besar yang pernah secara berturut-turut memiliki wilayah di daerah ini, yakni Kerajaan Negara Dipa, diteruskan oleh Kerajaan Negara Daha dan diteruskan oleh Kesultanan Banjar. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Kalimantan dijadikan provinsi tersendiri dengan gubernur pertama Gubernur Ir. Pangeran Muhammad Noor yang menjabat sampai dibuatnya Perjanjian Linggarjati.

tempat bersejarah di kalimantan selatan, peninggalan kerajaan islam di kalimantan, peninggalan kerajaan islam di kalimantan brainly, salah satu tokoh ulama penyebar agama islam di kalimantan selatan adalah, masjid bersejarah di pulau kalimantan

Daftar isi Bangunan Sejarah di Propinsi Kalimantan Selatan :

  1. Candi Agung
  2. Klenteng Po An Kiong
  3. Klenteng Soetji Nurani
  4. Klenteng-Soetji-Nurani
  5. Masjid Al-A'la
  6. Masjid Jami Abdul Hamid Abulung
  7. Masjid Jami' Sungai Jingah
  8. Masjid Jami Tuhfathurraghibin
  9. Masjid Keramat Al-Mukarramah
  10. Masjid Su'ada
  11. Masjid Sultan Suriansyah
  12. Menara suar (mercusuar)
  13. Benteng Oranje Nassau
  14. Pabrik pengolahan karet
  15. Rumah bubungan tinggi

1. Candi Agung

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Pemegang hak cipta : Arief Rahman Saan (Ezagren)

Candi Agung adalah sebuah situs candi Hindu yang beratap yang terletak di kawasan Sungai Malang, kecamatan Amuntai Tengah, Kota Amuntai, Kalimantan Selatan. Di sekitar candi pernah ditemukan tiang kayu ulin dan pecahan genteng. Candi ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit.

Candi Agung di Amuntai merupakan peninggalan Kerajaan Negara Dipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Negara Daha di Negara dan Kesultanan Banjarmasin. 


2. Klenteng Po An Kiong

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan

Kelenteng Karta Raharja atau Po An Kiong adalah sebuah kelenteng tua di Banjarmasin. Alamat Kelenteng Karta Raharja atau Po An Kiong di Jalan Niaga Timur nomor 45, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Kelenteng ini diperkirakan dibangun pada 1898 masehi. Kelenteng sendiri merupakan tempat ibadah yang bernuansa arsitektur Tionghoa.


3. Klenteng Soetji Nurani

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan

Klenteng Soetji Nurani berada di Jl. Veteran No.10, Gadang, Kec. Banjarmasin Timur. Orang sekitar menyebutnya jalan Pacinaan.

Mengapa klenteng tersebut berada di Jl. Veteran atau Pacinaan? Dulu, kisahnya, Jalan Veteran terkenal dengan pemukiman masyarakat Tionghoa yang berdagang di Banjarmasin. Mereka menjual obat-obatan tradisional, pernak pernik, dan barang-barang pendukung peribadatan.

Klenteng ini dibuat oleh para Jenderal China yang bernama The Sin Yoe dan Ang Lin Thay untuk berdagang melalui jalur laut ke Indonesia. Selang beberapa bulan penetap di bumi Kayuh Baimbai, para bangsawan China langsung membuat Klenteng di Kota Banjarmasin yang mendatangkan beberapa arsitektur dari china.

Klenteng Soetji Nurani memiliki barang-barang kuno yang masih terawat. Seperti patung, guci, tempat sembahyang dan cawan-cawan yang terbuat dari kuningan. Ada juga longceng yang biasa ditemukan di gereja serta bedug yang biasa ditemukan di Masjid oleh umat Islam.


4. Makam Pangeran Antasari

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Makam Pahlawan Nasional Pangeran Antasari - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)

Komplek Makam Pangeran Antasari adalah sebuah kompleks pemakaman yang terletak di Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia. 

Tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana antara lain: 
  • Pangeran Antasari, Pahlawan nasional Indonesia
  • Ratu Antasari, isteri Pangeran Antasari
  • Panglima Batur, panglima perang Banjar, pengikut setia Sultan Muhammad Seman dari kalangan suku Bakumpai.
  • Hasanuddin H.M. (Hasanuddin bin Haji Madjedi), pahlawan ampera (amanat penderitaan rakyat) daerah, mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin yang wafat tahun 1966.


5. Masjid Al-A'la

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan

Masjid Al A'la di Desa Jatuh Kecamatan Pandawan adalah salah satu dari beberapa masjid tertua di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalimantan Selatan. Berdasarkan namanya, Masjid Al A'la memiliki arti tinggi. Diperkirakan masjid ini sudah ada sejak 300 tahun silam.

Di Masjid ini terdapat empat tingkatan atap yang memiliki makna tingkat syarikat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Sementara itu, tiang masjid yang berjumlah 16 ditambah satu tangga menjadi simbol rakaat salat setiap harinya. Totalnya ada 17, Sesuai dengan jumlah rakaat salat.


6. Masjid Jami Abdul Hamid Abulung

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan

Masjid Jami Syekh Abdul Hamid Abulung atau biasa disebut Masjid Datu Abulung adalah salah satu masjid tertua di provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, yang berlokasi di desa Sungai Batang, kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar. Masjid ini dibangun oleh Raja Banjar, Sultan Tahmidullah II yang memerintah periode 1761-1801 sebagai bentuk penebusan dosa karena telah memerintahkan para algojo raja untuk mengeksekusi Datu Abulung, seorang ulama yang sempat dituding memiliki ajaran sesat. Masjid ini termasuk ke dalam salah satu cagar budaya yang berada di Kabupaten Banjar.


7. Masjid Jami' Sungai Jingah

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Masjid Jami Banjarmasin (Masjid Jami Sungai Jingah) - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)

Masjid Jami' Banjarmasin atau dikenal juga sebagai Masjid Jami' Sungai Jingah adalah sebuah masjid bersejarah di kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Di masjid ini terdapat kantor Majelis Ulama Indonesia kota Banjarmasin dan di belakang masjid merupakan pemakaman umum yang juga terdapat Komplek Makam Pangeran Antasari.

Mesjid berarsitektur Banjar dan kolonial (indish) yang dibuat dengan bahan dasar kayu ulin ini dibangun pada tahun 1777. Walaupun termasuk di lingkungan Kelurahan Antasan Kecil Timur, masjid yang seluruh konstruksi bangunan didominasi kayu besi alias kayu ulin ini lebih identik dikenal Masjid Jami Sungai Jingah. Lokasi awal pembangunan masjid ialah di tepi Sungai Martapura, setelah masjid ini dipindahkan sekarang berada di Jalan Masjid kelurahan Antasan Kecil Timur, Kota Banjarmasin pada tahun 1934.

Pada masa sebelum masjid ini terbangun, masyarakat Banjar kesulitan beribadah karena tidak ada masjid yang cukup besar untuk menampung orang banyak. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka secara swadaya dan bergotong- membangun tempat ibadah tersebut. Tua-muda, laki-laki dan perempuan secara bahu-membahu mengumpulkan dana. Ada yang menyumbangkan tanah, perhiasan emas atau hasil pertanian, sehingga tidak lama kemudian di atas tanah seluas 2 hektare berdirilah sebuah masjid yang indah dan megah sebagai tempat beribadah dan kegiatan sosial lainnya hingga sekarang.


8. Masjid Jami Tuhfathurraghibin

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Masjid Jami Tuhfathurraghibin - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)

Masjid Jami' Tuhfaturroghibin atau lebih populer dengan nama Masjid Kanas adalah sebuah masjid bersejarah yang berlokasi di kawasan Alalak Tengah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Masjid menjadi khas karena terdapat hiasan buah nenas. Lantaran berarsitektur Timur Tengah campur Banjar, sekilas masjid ini mirip Masjid Jami Sungai Jingah. Masjid ini menjadi simbol kebanggaan warga Alalak, warga yang dikenal asli Banjar.

Masjid ini dibangun pada 11 Muharram 1357 Hijriyah, sejarah salah satu masjid kuno ini tak lepas dari jasa seorang ulama Alalak, H. Marwan bin H.M. Amin. H. Marwan dikenal sebagai ulama sufi dan konon merupakan keturunan ke-4 Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Datuk Kelampayan. Atas jasa H. Marwan, konon masjid yang hingga sekarang masih mempertahankan keaslian empat soko gurunya tersebut berdiri kokoh.

Masjid Kanas terbilang unik. Kubahnya dibuat bulat dan terlihat berundak-undak. Tiang utama terbuat dari kayu ulin berdiameter 40 x 40 meter.


9. Masjid Keramat Al-Mukarramah

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
 Masjid Al-Mukarromah atau Masjid Keramat Banua Halat - Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)

Masjid Al-Mukarromah atau yang lebih dikenal dengan nama Masjid Keramat Banua Halat adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang berada di desa Banua Halat Kiri, Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin. Masjid ini berjarak sekitar 120 km dari ibu kota provinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasin.

Menurut sejarah, masjid yang dikeramatkan tersebut dibangun H. Syafrullah atau yang dikenal orang terdahulu sebagai Datu Ujung (dalam versi lain ada yang juga menyebutkan kalau masjid ini didirikan oleh Haji Mungani Salingnata pada tahun 1840). Datu Ujung ini memiliki kehebatan yang masih dikenal sampai sekarang, yaitu tiang miring. Tiang ini menjadi salah satu tiang utama di masjid tersebut.

Di salah satu tiang masjid, terdapat sebuah tiang yang mengeluarkan minyak. Tidak diketahui pasti kapan minyak itu keluar dan sebabnya. Masjid ini pernah dibakar oleh Belanda. Pada saat terbakar, hampir seluruh material bangunan masjid yang berada di tepian sungai itu ludes. Yang tersisa hanya satu tiang utama yang kini terus mengeluarkan minyak itu. Kemudian, pada tahun 1862 Masjid Al-Mukarromah dibangun kembali.


10. Masjid Su'ada

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Masjid Su’ada atau Masjid Ba'angkat - Sumber gambar : https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbkaltim/2015/

Masjid Su’ada atau lebih dikenal dengan nama Masjid Ba'angkat adalah salah satu masjid tertua di Kalimantan Selatan yang berlokasi di desa Wasah Hilir, Kecamatan Simpur, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Masjid ini didirikan oleh ulama bernama Al Allamah Syekh H. Abbas dan Al Allamah Syekh H.M. Said bin Al Allamah Syekh H. Sa’dudin pada tanggal 28 Zulhijjah 1328 Hijriyah bersamaan dengan tahun 1908 Masehi. Masjid ini didirikan di atas tanah wakaf milik Mirun bin Udin dan Asmail bin Abdullah seluas 1.047,25 meter persegi. Masjid berjarak sekitar 7 kilometer dari ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kandangan.

Bentuk bangunan induk Masjid Su’ada yakni persegi empat, bertingkat tiga, mempunyai loteng menutup gawang/puncah dan petala/petaka yang megah. Semua itu memunyai makna tertentu sebagai berikut:
  • Tingkat pertama mengandung makna Syariat
  • Tingkat kedua mengandung makna Thariqat
  • Tingkat ketiga mengandung makna Hakikat
  • Loteng mengandung makna Ma’rifat
  • Petala/petaka yang megah berkilauan yang dihiasi oleh cabang-cabang yang sdang berbunga dan berbuah melambangkan kesempurnaan Ma’rifat


11. Masjid Sultan Suriansyah

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin 

\Masjid Sultan Suriansyah atau Masjid Kuin adalah sebuah masjid bersejarah di Kota Banjarmasin yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Sultan Suriansyah (1526-1550), Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam. Masjid Kuin merupakan salah satu dari tiga masjid tertua yang ada di kota Banjarmasin pada masa Mufti Jamaluddin (Mufti Banjarmasin), masjid yang lainnya adalah Masjid Besar (cikal bakal Masjid Jami Banjarmasin) dan Masjid Basirih. Masjid ini terletak di Jalan Kuin Utara, Kelurahan Kuin Utara, kawasan yang dikenal sebagai Banjar Lama merupakan situs ibu kota Kesultanan Banjar yang pertama kali. Masjid ini letaknya berdekatan dengan komplek makam Sultan Suriansyah dan di tepian kiri sungai Kuin.

Masjid yang didirikan di tepi sungai Kuin ini memiliki bentuk arsitektur tradisional Banjar, dengan konstruksi panggung dan beratap tumpang. Pada bagian mihrab masjid ini memiliki atap sendiri yang terpisah dengan bangunan induk.


12. Menara suar (mercusuar)

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Menara suar (mercusuar) - berada di Desa Muara Ujung sudah berusia lebih dari satu abad. [sumber: https://kalselpos.com/]

Menara suar (mercusuar) adalah sebuah bangunan peninggalan Belanda berupa menara suar (mercusuar) yang berada di Desa Muara Ujung (Tanjung Petang), Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu).

Bangunan peninggalan dari negeri kincir angin ini sudah berusia lebih dari se abad, tepatnya di banggun pada tahun 1920. Menara ini memiliki ketinggian  25 meter dari bangunan menara.

Selain itu, menara suar tersebut mimiliki daya tangkap oleh para pelayar yang tidak meliki JPS sejauh 30 mil atau 50 – 55 Km. Untuk mengoperasikan lampu suar, petugas masih menggunakan cara manual yang digerakan dengan menggunakan mesin genset, dengan bahan bakar jenis solar. Lampu suar dinyalakan di malam hari, mulai pukul 19.00 Wita sampai dengan pukul 06.00 pagi.

Di sekitar suar masih terdapat bangunan yang masih asli peninggalan Belanda selain menara suar, yaitu rumah panggung dan tempat penampungan air.


13. Benteng Oranje Nassau

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Benteng Oranje Nassau

Benteng Oranje Nassau merupakan saksi bisu sejarah perjuangan Pangeran Antasari dan pasukannya melawan penjajahan Belanda. Di sini pula awal meletusnya Perang Banjar pada 30 Juni 1859-1905.

Benteng ini dulu merupakan tambang batu bara milik Pemerintah Hindia Belanda yang dibangun pada 1849 dan dinamai Oranje Nassau.

Benteng ini menjadi lokasi tambang batu bara pertama di Kalimantan Selatan yang dibangun Belanda di Indonesia.


14. Pabrik pengolahan karet

Pabrik pengolahan karet merupakan peninggalan Belanda yang berada di sungai Tabuk, Kalimantan Selatan.


15. Rumah bubungan tinggi

Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Selatan
Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi - rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selata

Rumah Bubungan Tinggi atau Rumah Ba-Bubungan Tinggi adalah salah satu jenis rumah Baanjung yaitu rumah tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan dan bisa dibilang merupakan ikonnya Rumah Banjar karena jenis rumah inilah yang paling terkenal karena menjadi maskot rumah adat khas provinsi Kalimantan Selatan. Di dalam kompleks keraton Banjar dahulu kala bangunan rumah Bubungan Tinggi merupakan pusat atau sentral dari keraton yang menjadi istana kediaman raja (bahasa Jawa: kedhaton) yang disebut Dalam Sirap (bahasa Jawa: ndalem) yang dahulu tepat di depan rumah tersebut dibangun sebuah Balai Seba pada tahaun 1780 pada masa pemerintahan Panembahan Batuah.

Ciri-ciri Rumah Bubungan Tinggi:
  • Atap Sindang Langit tanpa plafon
  • Tangga Naik selalu ganjil
  • Pamedangan diberi Lapangan kelilingnya dengan Kandang Rasi berukir