Peninggalan Sejarah Kepulauan Bangka Belitung

Sejarah Kepulauan Bangka Belitung
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50 pulau.


Berikut ini kami paparkan beberapa bangunan, tempat, peninggalan sejarah kepulauan Bangka Belitung:
  1. Bendungan Pice
  2. Benteng Penutuk
  3. Benteng Toboali.
  4. Jam Gede
  5. Kampung Gedong
  6. Klenteng Dewi Sin Mu Tahun 1800.
  7. Makam Depati Bahrin
  8. Makam H. Hatama Rasyid (Jebus)
  9. Makam Karang Panjang.
  10. Makam Kreo Panting.
  11. Makam pangeran Pakoeningprang
  12. Makam Syech Said Jamalludin Al Afany.
  13. Masjid al-Ikhlas
  14. Masjid JAMI Muntok
  15. Mercusuar Lampu Besar.
  16. Mercusuar Pulau Dapur
  17. Mercusuar Pulau Pelepas
  18. Mercusuar Tanjung Kalian
  19. Monumen Proklamator Kota Muntok
  20. Museum Residen
  21. Museum Tanjungpandan
  22. Museum Timah
  23. Pemakaman Belanda (Kerkrof).
  24. Peninggalan Sejarah Pergam.
  25. Perigi Pekasem.
  26. Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.
  27. Rambut Batin Tikal.
  28. Phak Khak Liang.
  29. Rumah Mayor di Muntok
  30. Rumah Pengasingan Bungkarno
  31. Rumah Residen.
  32. Rumah Tuan Kuase (Hoofdadministrateur)
  33. Situs Kota Kapur.
  34. Sumur Tujuh
  35. Tugu Pahlawan
  36. Tugu pergerakan kemerdekaan
  37. Wisma Samudera

1. Bendungan Pice

Bendungan Pice merupakan salah satu peninggalan Belanda di Kota Gantong, Belitung Timur yang dibangun sejak tahun 1934 hingga 1936. Pada awalnya bendungan ini berfungsi untuk mengatur rendah-tingginya permukaan air. Hal ini diperlukan untuk mempermudah sistem kerja kapal keruk melakukan eksplorasi di sekitar kawasan ini.

Perusahaan Belanda membangunnya di Sungai Lenggang. Pengerjaannya melibatkan kuli tambang yang didatangkan dari Cina daratan dan pribumi. Proyek ini dirancang oleh arsitektur Beliga, Dr Vence dan diremsikan pada 1937. Kata PICE berasal dari Bahasa Cina Kek, "Pichie" yang yang berarti pintu air.

Bendungan Pice berada di bagian hulu Sungai Lenggang yang letaknya ada di Desa Cangguh dan lokasinya berdekatan dengan kantor PT Timah di Kawasan Gantong, Belitung Timur. Bendungan ini memiliki panjang sekitar 50 meter dengan 16 pintu air yang setiap pintunya memiliki ukuran 2,5 meter. Bendungan ini juga memiliki jembatan yang bisa dilalui masyarakat menuju Desa Cangguh.

Sebagai salah satu bendungan bersejarah di Belitung, bendungan ini memiliki daya tarik bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah Belitung Timur. Aliran airnya yang deras setinggi sekitar 10 meter menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang datang ke bendungan ini.

Suasana yang sejuk dengan pemandangan hijaunya bukit menjadikan bendungan yang bercat biru ini begitu nyaman saat dikunjungi.


2. Benteng Penutuk

Benteng Penutuk terletak di Desa Penutuk Kecamatan Lepar Pongok Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 2 km dari Desa Penutuk dan untuk mencapai lokasi benteng ini dapat ditempuh selama 25 menit perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua.


3. Benteng Toboali

Benteng ini terletak di Kelurahan Tanjung Ketapang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan, lokasi benteng ini dapat ditempuh sekitar 10 menit perjalanan dari pusat Kota Toboali dengan menggunakan kendaran roda dua dan empat.


4. Jam Gede

Terletak di Tanjung  Pandan, Jam Gede saat ini berada di gedung Bharata Department Store. Namun yang sangat disayangkan adalah bahwa Jam Gede ini merupakan replika dari Jam Gede asli yang telah termakan usia. Jam Gede yang asli merupakan jam yang memiliki pandul dari kuningan berangka romawi. Jam Gede juga serupa dengan jam-jam besar yang ada di Amsterdam Belanda. Jam yang menjadi Landmark kota Tanjung Pandan ini walau telah termakan usia namun replikanya sedikit menyisakan pengetahuan bahwa dulu pernah ada jam yang begitu bersejarah sehingga dinobatkan sebagai landmark kota Tanjung Pandan.


5. Kampung Gedong

Kampung Gedong adalah salah satu perkampungan/pemukiman masyarakat asli Cina yang dapat ditemui di Kepulauan Bangka Belitung selain di Kuto Panji. Kampung Gedong terletak di Desa lumut, Kecamatan Riau Silip, kurang lebih 51 km dari Kota Sungailiat atau kurang lebih 14 km dari Kota Belinyu. Kehidupan mereka rata-rata berdagang dan pembuat makanan khas Bangka seperti kerupuk, kemplang, getas dan lain-lain.


6. Klenteng Dewi Sin Mu Tahun 1800

Kelenteng ini terletak si Kelurahan Tanjung Ketapang Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan, lokasi Kelenteng ini dapat ditempuh sekitar 10 menit perjalanan dari pusat Kota Toboali dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Alamat: Jl. R.A. Kartini, Tj. Ketapang, Toboali, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung. 33783.


7. Makam Depati Bahrin

Depati Bahrin adalah salah seorang pahlawan Bangka yang menentang penjajah Belanda. Makamnya berada di desa Kimak, Kecamatan Merawang. Lokasi ini dapat ditempuh dengan jarak sekitar 30 km dari Kota Sungailiat. Kuburan dibawah pohon durian yang sangat besar ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Upacara Adat Mandi Belimau.


8. Makam H. Hatama Rasyid (Jebus)

H. Hatama Rasyid (Jebus) adalah penyebar Agama Islam di Kep. Babel. Setelah meninggal dunia, makamnya dikeramatkan. Makam H. Hatama Rasyid (Jebus) terletak di Desa Bakit Kecamatan Jebus berjarak 4D.35 Km dari pusat kota.

Makam ini setiap tahunnya banyak dikunjungi oleh peziarah dari Kabupaten Bangka Barat maupun dari Kabupaten-Kabupaten dan bahkan banyak juga peziarah-peziarah dari luar pulau Bangka datang ketempat ini untuk berziarah. Dengan kondisi jalan yang mulus, tempat ini dapat ditempuh dengan menggunakan mobil selama kurang lebih 2 jam dari kota Muntok.


9. Makam Karang Panjang

Konon, Makam Karang Panjang merupakan makam seorang pejuang pada masa penjajahan Jepang. Terletak di Desa Bangka Kota Kecamatan Simpang Rimba Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 141 km dari Kota Toboali dan lokasinya dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.


10. Makam Kreo Panting

Kreo Panting merupakan seorang pejuang pada masa penjajahan Belanda, ia berasal dari Pulau Jawa karena dikejar oleh Belanda ia melarikan diri kepulau Bangka dan sampai ke Desa Payung. Karena tidak mau tunduk kepada Belanda akhirnya ia di pasung dan di penggal, kepalanya di bawa ke Palembang dan tubuhnya di makamkan di Payung.

Setelah meninggal dunia beliau dimakamkan di Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan, berjarak sekitar 6 km dari Kecamatan Payung dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat.


11. Makam pangeran Pakoeningprang

Pangeran Hario Pakoeningprang adalah salah satu pahlawan dari Yogyakarta, Cucu dari Sri Paduka Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Paku Alam II. Pangeran Hario diasingkan oleh Belanda di Kota Muntok pada tanggal 8 Februari 1897. Pengasingan Pangeran Hario Pakoeningprang berawal dari diutusnya beliau untuk meredam perlawanan rakyat Aceh terhadap pemerintahan Belanda.

Tetapi Setibanya di Aceh Pangeran Hario malah berbalik melawan Belanda. Setelah tertangkap Beliau lalu diasingkan di Bangka (Muntok) pada tanggal 8 Februari 1897 hingga Wafat pada tanggal 18 Agustus 1897.


12. Makam Syech Said Jamalludin Al Afany

Syech Said Jamalludin Al Afany adalah seorang panglima pada masa penjajahan Belanda, ia juga salah seorang penyebar agama Islam di Pulau Bangka. Makamnya terletak di Desa Bahar sekitar 1 km dari Kota Toboali. Makam ini dapat ditempuh selama 30 menit perjalanan dari Kota Toboali, sekarang makam ini dikenal dengan sebutan Keramat Toboali.


13. Masjid al-Ikhlas

Masjid Al-Ikhlas merupakan masjid tertua yang pernah ada di Belitung. Masjid ini dulunya pernah dijadikan tempat basis perjuangan melawan penjajah, dengan sejarah perjuangan yang kental mewarnainya.

Masjid ini dibangun pada tahun 1817, berlokasi di di Desa Sijuk, Belitung. Karena kondisi masjid yang perlu perbaikan, maka pada tahun 2008 masjid ini mengalami pemugaran kembali.

Dilihat dari bentuk fisiknya, masjid ini berukuran delapan kali delapan meter. Bagian mihrab agak menjorok dari bangunan utama dan diberi atap dengan bentuk yang sama dengan bangunan utamanya yakni berbentuk limas tumpuk dua dengan kubah kecil atasnya. Bagian atas mihrab tertera tanggal perbaikan masjid dengan huruf Arab Melayu, bertuliskan “diperbaiki 1 Rajab 1370 Hijriyah”.


14. Masjid Jami Muntok

Bangunan Masjid Jami Muntok yang berlokasi di kelurahan Tanjung, kecamatan Muntok, kabupaten Bangka Barat ini berdiri sejak tahun 1881 M, atas inisiatif Tumenggung Kartanegara II sebagai wakil Kesultanan Palembang. Lahan yang digunakan merupakan tanah wakaf dari Tumenggung Arifin dan H. Muhammad Nur seluas 7.500 M2.

Lokasi masjid ini ialah disebelah klenteng Kuang Fuk Miay d dekat terminal Lama Muntok. Bangunan masjid ini bertiang utama sebanyak 6 buah di bagian depan dan 4 dibagian dalam. Jumlah pintu msuk masjid berjumlah 5 buah dengan ukuran 76 x 220 cm dan terbuat dari kayu bulin, Jendela sebanyak 17 Buah berukuran 120 x 220 cm. (direktori Masjid bersejarah Departemen Agama RI – 2008).


15. Mercusuar Lampu Besar

Mercusuar Lampu Besar merupakan bangunan peninggalan Belanda yang sudah berumur lebih dari satu abad.  Terletak di Desa Batu Betumpang Kecamatan Payung Kabupaten Bangka Selatan, lokasi mercusuar ini dapat ditempuh selama 1,5 jam perjalanan dari Kota Toboali dengan menggunakan kendaraan roda dua dan empat. Sampai saat ini Mercusuar Lampu Besar masih berfungsi sebagai navigasi perahu-perahu nelayan sekitar.


16. Mercusuar Pulau Dapur

Sama seperti Mercusuar Lampu Besar, Mercusuar Pulau Dapur juga sudah berumur lebih dari satu abad dan merupakan bangunan peninggalan Belanda, sampai saat ini mercusuar ini masih berfungsi sebagai navigasi perahu-perahu nelayan.

Mercusuar Pulau Dapur terletak di Pulau Dapur Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka Selatan, lokasi mercusuar ini dapat ditempuh selama 45 menit perjalanan laut dari Kota Toboali dengan menggunakan speed boat.


17. Mercusuar Pulau Pelepas

Mercusuar Pulau Peepas dibuat oleh kolonial Belanda tahun 1893 yang disebut Mercusuar H.M. Koningin Wilhelmina atau H.M. Koningin Emma. Mercusuar ini terletak di pulau Pelepas, sekitar 2,5 jam dari desa Sungai Selan. Sampai sekarang masih di fungsikan, dengan lingkungan pulau yang masih alami, pegunjung dapat menikmati pemandangan di sekitarnya.


18. Mercusuar Tanjung Kalian

Mercusuar Tanjung Kalian merupakan bangunan tua yang sampai sekarang masih difungsikan. Pengunjung dapat naik ke puncaknya dan menikmati pemandangan sekitar. Mercusuar Tanjung Kalian dibangun pada tahun 1862 dan masih kokoh hingga sekarang. Dari puncak bangunan ini, pengunjung bisa menyaksikan indahnya seantero kota Mentok dan sekitarnya.

Kota Mentok yang dibangun oleh Belanda sebagai kota pelabuhan menjadi salah satu kota sentral dalam mengatur berbagai macam distribusi kebutuhan saat itu. Karena banyaknya kapal yang akan berlabuh, pada akhirnya Belanda menganggap perlu dibangunnya sebuah mercusuar sebagai penanda tempat labuh kapal yang bersiap menepi.


19. Monumen Proklamator Kota Muntok

Monumen Proklamator Bung Karno dan Bung Hatta adalah sebuah monumen yang baru dibangun dikota Muntok dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI Mega Wati Soekarno Putri pada 2 Juli 2000. Monumen dengan tinggi sekitar tujuh meter berbentuk batu lonjong dengan seekor burung Garuda berkalungkan perisai Lima Sila yang mengepakkan sayapnya seakan-akan hendak terbang ini dibuat dari batu granit.

Di pelataran depan, patung Bung Karno dan Bung Hatta berdiri gagah sedang menunjuk ke arah laut Selat Bangka. Monumen ini berada persimpangan jalan antara lapangan bola dan kantor Pos dan berada dekat pusat kota Monumen ini semakin memperkaya keberadaan Kota Muntok sebagai pusat perjuangan yang bersejarah dan berbudaya.

Monumen Proklamator Bung Karno Dan Bung Hatta sarat dengan makna dan perjuangan bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan. Monumen ini melengkapi nilai bersejarah monumen lainnya seperti Pesanggrahan Bung Karno (Wisma Ranggam) Vila di Bukit Menumbing.


20. Rumah Residen

Sebagai kota bersejarah, Kota Pangkalpinang memilki banyak warisan sejarah yang dapat mengungkapkan kembali kejayaan bangsa di masa lampau serta mencermati jejak-jejak derap langkap pembangunan daerah. Wisatawan dapat berkunjung ke Rumah Residen, bangunan ini terletak di jalan Merdeka nomor 1. Sebelum menjadi rumah dinas Walikota Pangkalpinang, rumah ini adalah rumah Residen Belanda.

Pada tahun 1913 Belanda memindahkan pusat Karesidenan dari Mentok ke Pangkalpinang sekaligus memisahkan antara administrasi pertambangan BTW (Banka Tin Winning) dengan administrasi negeri (Bestuur), dengan Residen pertama A.J.N Engelenberg. Rumah ini sangat bersejarah karena merupakan pusat pemerintahan dan pusat kegiatan di Kota Pangkalpinang.

Di depannya terdapat alun-alun atau lebih dikenal dengan Lapangan Merdeka sebagai tempat bertemunya para pemimpin dengan masyarakat. Di halaman rumah tersebut juga terdapat dua buah meriam kuno berangka tahun 1840 dan 1857.


21. Museum Tanjungpandan

Museum Tanjungpandan beralamat di Jl. Melati No. 41A, Tanjung Pinang, Belitung, Kota Tanjungpandan, tak jauh dari Pantai Tanjung Pendam. Museum ini dahulu bernama Museum Geologi dan dibangun atas prakarsa DR. Osberger, seorang ahli Geologi berkebangsaan Belgia, pada tahun 1963 saat Beliau masih bertugas di unit Penambangan Timah Belitung. Di Museum ini pengunjung dapat menelisik sejarah penambangan timah di Pulau  Belitung dalam bentuk replika tambang dan peralatannya, barang-barang peninggalan bersejarah, dan juga sebuah kebun mini lengkap dengan sarana bermain anak.

Museum Tanjungpandan memiliki banyak koleksi benda-benda bersejarah peninggalan zaman Kolonial Belanda maupun peninggalan kerajaan-kerajaan kuno.


22. Museum Timah

Musium Teknologi Pertimahan atau lebih dikenal dengan Museum Timah Indonesia merupakan satu-satunya Museum Timah yang ada di Indonesia dan, tercatat sebagai satu-satunya di Asia. Museum ini terletak di Batin Tikal, Taman Sari, Kota Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi: Kepulauan Bangka Belitung.

Hal yang menjadi keunggulan Bangka Belitung ialah perannya sebagai daerah penghasil timah terbesar di Indonesia, bahkan termasuk di dunia. Untuk itu, berbagai teknologi dan peralatan penambangan timah yang ada di wilayah ini kemudian di museumkan sebagai sebuah rekam jejak pencapaian kebudayaan dan alur teknologi yang pernah tercatat sebagain sejarah kota ini.


23. Pemakaman Belanda (Kerkrof)


Pemakaman ini merupakan kompleks pemakaman umum orang Belanda. Kerkrof adalah salah satu bukti bahwa Pangkalpinang memiliki nilai strategis bagi Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu.

Salah satu makam tertua adalah makam Nyonya Irene Mathilde Ehrencron yang wafat pada tanggal 10 Maret 1928. Di sini juga terdapat makam tentara Belanda korban Perang Dunia Kedua.

Kompleks Pemakaman Balanda (kerkrof), terletak dijalan Sekolah Kelurahan Melintang Kecamatan Rangkui. Di sini terdapat sekitar 90 makam Belanda, yang tertua berasal dari tahun 1902 dan termuda sekitar tahun 1950-an.


24. Peninggalan Sejarah Pergam

Di desa Pergam Kecamatan Airgegas Kabupaten Bangka Selatan terdapat wisata sejarah peninggalan zaman penjajah. Dari Kota Toboali, desa Pergam dapat dicapai dalam waktu 30 menit. Sampai saat ini benda-benda tersebut masih tersimpan disalah satu rumah penduduk Desa Pergam yang merupakan juru rawat benda-benda tersebut.


25. Perigi Pekasem

Sumur atau perigi merupakan sebuah sumur tua yang dahulu dijadikan tempat untuk membuang mayat orang-orang yang terbunuh TKR (Tentara Keamanan Rakyat), karena dianggap musuh atau sebagai mata-mata Belanda atau sekutunya.

Pekasem terletak di Kelurahan Tuatunu Indah Kecamatan Gerunggang. Perigi atau sumur ini
Tuatunu sendiri pada waktu itu merupakan kampung yang dijadikan salah satu markas TKR yang terletak di Hutan Titi Rengas, Kampung Cekong Abang, Air Duren dan Hutan Arang, Air Kelapa Tujuh, terletak di antara bukit bulur air dan Air Kelapa Tujuh Tuatunu.


26. Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam.

Pesanggrahan Menumbing dan Wisma Ranggam adalah dua gedung tua yang pernah dijadikan sebagai tempat pengasingan.

Bung Karno bersama Bung Hatta dan sejumlah pemimpin Republik Indonesia lainnya pernah menempati dua bangunan bersejarah itu saat dibuang Belanda pada Februari 1949. Bung Hatta saat dibuang menempati Pesanggrahan Menumbing yang terletak di tengah hutan perawan di atas Bukit Menumbing.

Di perbukitan Giri Sasana Menumbing dengan ketinggian sekitar 800 meter dpl kita bisa melihat langsung kamar tempat Bung Karno dan Bung Hatta serta salah satu mobil yang mereka pakai saat diasingkan Belanda pada zaman Kemerdekaan.

Kini tempat pembuangan Bung Karno dan Bung Hatta itu sejak beberapa tahun lalu telah diubah menjadi hotel dengan nama Jati Menumbing. Selain di Giri Sasana Menumbing ada satu tempat lagi yang menjadi tempat pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta oleh Belanda adalah Wisma Ranggam. Gedung itu kini sudah mengalami renovasi karena kondisinya sempat sangat memprihatinkan.


27. Rambut Batin Tikal

Batin Tikal adalah seorang pejuang pada masa penjajahan Belanda, dia dikenal karena kesaktiannya, walaupun Batin Tikal sudah tiada tetapi rambutnya masih tersimpan hingga sekarang dan diwariskan secara turun temurun kepada keturunannya. Sampai saat ini rambut tersebut tidak akan tertembus oleh peluru, akan tetapi untuk mendapatkan rambut tersebut tidaklah mudah hanya yang berjodoh yang bisa memilikinya.


28. Phak Khak Liang

Pha Kak Liang adalah sebuah kawasan wisata bergaya China, yang dibangun didaerah bekas tambang timah, luasnya mencapai 2 ha. Tempat ini berada di Desa Kuto Panji, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Sekitar 2 km dari Kota Belinyu atau 53 km dari Kota Sungailiat. Wisatawan yang datang kesini seolah berada didaratan Hongkong atau Taiwan.

Daya Tarik lain bagi wisatawan disini yang tak kalah menariknya adalah penunjung dapat menyaksikan ikan air tawar yang besar-besar bermunculan dari permukaan air apabila wisatawan memberikan makanan ikan yang telah disediakan oleh penjaga setempat. Menurut cerita, ikan tersebut tidak boleh dipancing atau dimakan.


29. Rumah Mayor di Muntok

Rumah Mayor di Muntok merupakan kediaman Mayor Chung A Tiam, Mayor kedua yang diangkat oleh Pemerintah Belanda sebagai kepala masyarakat Tionghoa.

Rumah Mayor dibangun pada 1834, luasnya sekitar 2500 M2 terletak di kawasan Klaster China, yaitu di Jalan RE Martadinata Muntok, di kawasan pasar di dekat area pelabuhan lama.

Bangunan utama Rumah Mayor dipengaruhi arsitektur Eropa dengan pilar-pilar besar berderet pada terasnya. Di ruang utama tersebut terdapat altar pemujaan.

Ruang tengah bangunan ini masih digunakan oleh pemilik rumah ini sebagai kediamannya. Sementara itu, di belakang terdapat teras  dan gudang yang dahulunya menjadi tempat menginap tamu-tamu. Teras belakang ini dihiasi relief binatang dan menjadi tempat altar pemujaan di kedua sisinya. Konstruksi bangunan gudang di bagian belakang adalah kayu berbentuk empat persegi panjang dengan pintu jelusi.


30. Rumah Pengasingan Bungkarno

Di salah satu gunung yang bernama Menumbing, terdapat bangunan rumah yang dulu pernah singgah di dalamnya sang bapak Proklamator. Karena keberaniannya melawan Belanda dan pengaruhnya terhadap pergerakan bangsa, penjajah merasa perlu untuk mengasingkan Ir. Soekarno di luar pulau Jawa. Rumah yang berlokasi di kota Mentok ini masih berdiri dan juga masih menyimpan beberapa barang-barang miliki Bung Karno.

Setelah Agresi Militer Belanda tahun 1949 menyerang Ibu Kota Republik Indonesia, pada waktu itu berada di Yogyakarta, Soekarno, Hatta, serta para tokoh lainnya ditawan Belanda dan diterbangkan ke Muntok dengan alasan supaya terisolir dari pergaulan dunia internasional.

Pesanggrahan Menumbing dulunya digunakan sebagai lokasi pengasingan Bung Karno dan Bung Hatta. Tokoh nasional lainnya yang juga sempat diasingkan di wilayah Muntok yakni Agus Salim, Mohammad Roem dan Ali Satroamijoyo.


31. Rumah Tuan Kuase (Hoofdadministrateur)

Rumah Kuase adalah salah satu yang menjadi cagar budaya yang dilindungi undang-undang dan masih terawat sangat baik. Rumah ini berlokasi dengan jarak 250 M dari Tanjung Pendam yang menjadi ibu kota Belitung. Pada tahun 1883 Bangunan ini pernah dibukukan dalam catatan John Francis Loudon dengan tajuk ‘De eerste jaren del biliton-onderneming’.


32. Situs Kota Kapur

Situs Kota Kapur adalah salah satu dari peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Pada zaman dahulu, kerajaan Sriwijaya mengirimkan utusannya untuk memberantas para perampok dan pemberontak. Situs ini terletak didesa Kota Kapur Kecamatan Mendo Barat, tempat ditemukannya Prasasti (batu bertulis) yang disebut Lingga dan batu Yoni.


33. Sumur Tujuh

Sumur tujuh merupakan sumur peninggalan masa belanda. Dulu, sumur ini digunakan untuk pengolahan garam, sayang bangunan lain disekitar sumur itu sudah hancur dan sekarang tak berbekas lagi. Letak sumur yang berada di pinggir pantai membuat pantai itu dikenal dengan Pantai Sumur Tujuh.

Sumur yang terletak di dekat kota Koba, ibukota kabupaten bangka tengah itu (1,5 km) berjumlah 7 buah dengan jarak sekitar 2 meter antar sumur.


34. Tugu Pahlawan

Tugu ini melambangkan perlawanan para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia dengan para penjajah waktu itu yang ingin memasuki pulau Bangka melalui Tanjung Berikat.

Tugu Pahlawan ini terletak di desa Tanjung Berikat Kecamatan Lubuk Besar sekitar setengah jam dari desa Lubuk Besar atau sekitar 1 jam dari kota koba.


35. Tugu Pergerakan Kemerdekaan.

Tugu Peregerakan Kemerdekaan, terletak di jalan Merdeka di lokasi Tamansari. Tugu ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Bangka dalam mempertahankan serta merebut kemerdekaan setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.

Diresmikan oleh Bung Hatta pada tahun 1949. Bentuk tugu dengan arsitek menarik dan unik terdiri atas lingga di atas punden berundak-undak dan yoninya berada di ats lingga dengan bentuk yang simetris dengan simbol tertentu mencerminkan perjuangan yang dilakukan oleh berbagai suku dan lapisan masyarakat Indonesia.

Pada tugu prasasti tertulis “Surat kuasa kembalinya Ibukota Republik Indonesia ke Yogyakarta, diserahterimakan oleh Ir. Soekarno kepad Sri Sultan Homengkubuwono IX, Media Juni 1949″.


36. Wisma Samudera

Wisma Samudra yang terletak di Toboali ini merupakan bangunan bersejarah. Bangunan ini merupakan salah satu tempat pemerintahan pada zaman kolonial Belanda. setelah belanda hengkang, tepatnya pada tahun 1948, ditemani Mr. Agus Salim, Mr. Leimina dan Mr. Suryadarma, Bung Karno dihalaman Wisma Samudera membakar semangat perjuangan masyarakat Toboali dengan retorikanya yang amat terkenal dan mampu mengeskalasi naluri dan jiwa kebangsaan rakyat. Hal tersebut menjadi sejarah kota tobali yang menjadi ibukota Kabupaten Bangka Selatan yang terletak sekitar 125 KM dari ibukota Bangka Belitung Pangkalpinang.


Sumber:
  • http://www.berkuliah.com/2014/08/8-bangunan-bersejarah-di-bangka-belitung.html
  • https://kadeknyatri.wordpress.com/wisata-sejarah-babel/
  • http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/2014/06/06/bangunan-bersejarah-di-pulau-belitung/
  • http://bloggbebass.blogspot.co.id/2013/11/wisata-sejarah-bangka-belitung.html