Bangunan Peninggalan Sejarah di Provinsi Kalimantan Timur
Kalimantan Timur (disingkat Kaltim) adalah sebuah provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan bagian ujung timur. Wilayah Kalimantan Timur dahulu mayoritas adalah hutan hujan tropis.
Terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Berau. Di pusat-pusat kerajaan tersebut berkembang bahasa serumpun yang memiliki benang merah dari leluhur bahasa yang sama yaitu rumpun bahasa Melayik.
istana sultan kutai, peninggalan sejarah di kalimantan barat, sebutkan beberapa peninggalan sejarah dari kerajaan kutai yang terdapat di provinsi kalimantan timur, kerajaan di kalimantan timur, gedung tertua di kota balikpapan, asal usul kalimantan timur, peninggalan sejarah kalimantan tengah, rumah adat kalimantan timur dan manfaatnya
Wilayah Kalimantan Timur meliputi Paser, Kutai, Berau dan juga Karasikan (Buranun/pra-Kesultanan Sulu) diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (yang berkedudukan di Candi Agung di Amuntai) hingga tahun 1620 pada masa Kesultanan Banjar. Bahkan sebelum adanya bala bantuan dari Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar sudah melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau.
Daftar isi :
- Balai Dusun Loh Sumber
- Gua Tapak Tangan Karst Sangkulirang (Gua Tewet)
- Istana Sultan Kutai
- Keraton Sambaliung
- Lesong Batu
- Masjid Jami’ Adji Amir Hasanoeddin
- Masjid Shiratal Mustaqiem
- Tugu Pembantaian Loa Kulu
Pemegang hak cipta berkas ini, Arief R. Sandan (Ezagren) |
Loh Sumber adalah salah satu desa di Kecamatan Loa Kulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia. Balai Dusun Loh Sumber merupakan sebuah bangunan yang telah mengalami perombakan. Mulai dibentuk di awal abad ke-20 dengan atap ilalang. Balai Dusun Loh Sumber merupakan bangunan tanpa dinding beratapkan ilalang.
Gua Tapak Tangan Karst Sangkulirang (Gua Tewet) |
Gua Tapak Tangan Karst Sangkulirang atau Gua Tewet adalah sebuah situs bersejarah berupa lukisan telapak tangan di dinding goa peninggalan tahun 10.000 SM dan telah menjadi situs bersejarah yang popular di dunia Internasional.
Peninggalan tersebut diperkirakan merupakan awal penyebaran rumpun manusia purba Austronesia. Artinya, Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi titik awal kemunculan manusia purba yang ada di bumi pertiwi.
Tak hanya sebuah situs sejarah, jajaran gunung karst yang berbaris di sepanjang Kecamatan Sangkulirang hingga Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, juga bisa menjadi tempat olahraga yang menguras adrenalin, wisata pendidikan dan lokasi wisata alam yang indah. Bahkan, beberapa waktu lalu, komunitas panjat dinding menggelar pelatihan di kawasan karst tersebut.
Sebagai lokasi wisata pendidikan, karst memiliki bidang plaeontologi, arkeologi, situs fosil, struktur geologi-mineral, litologi, serta beragamnya flora dan fauna endemik. Keberadaan gua-gua, sungai bawah laut, cadangan batu kapur dan bahan semen pun cukup melimpah.
Istana Sultan Kutai - saat ini difungsikan sebagai Museum Mulawarman |
Istana Kutai Kartanegara merupakan sebuah bangunan yang terletak di Kota Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Bangunan istana tersebut saat ini difungsikan sebagai museum yaitu Museum Mulawarman. Di dalam museum tersebut menyimpan benda-benda tinggalan yang pernah digunakan oleh Sultan Kutai Kartanegara diantaranya; singgasana sultan, perhiasan, meriam, arca, dan lain-lain.
Bangunan istana didominasi oleh beton mulai dari ruang bawah tanah, lantai, dinding, penyekat ruangan hingga atap bangunan. Bangunan yang memiliki gaya arsitektur Indische Empire” ini merupakan suatu komplek yang terdiri dari beberapa bangunan yaitu Istana, makam raja-raja, pendopo, Masjid Jami’ Aji Amir Hasauddin, dan kantor UPTD Museum Mulawarman. Kompleks Istana Kutai Kartanegara menempati lahan seluas 35.000 m2 yang dikelilingi oleh pagar beton.
Keraton Sambaliung |
Keraton Sambaliung atau Istana Sambaliung adalah sebuah bangunan peninggalan kesultanan Sambaliung yang terletak di kabupaten Berau provinsi Kalimantan Timur. Istana Sambaliung dialihfungsikan menjadi museum yang menyimpan banyak benda-benda bersejarah sepeninggal Sultan Sambaliung ke-8, yakni Sultan Muhammad Aminuddin pada tahun 1959.
Beberapa benda bersejarah yang ada di Keraton Sambaliung antara lain: sebuah tugu prasasti yang terbuat dari kayu ulin bertuliskan huruf Arab-Melayu dan dua buah tugu yang ditulisi dengan aksara asli suku Bugis yang terletak di halaman depan keraton. Koleksi lain yang cukup unik adalah adanya buaya sepanjang 4 meter yang telah diawetkan dan dipajang dalam kotak kaca di bagian luar keraton. Keraton yang memiliki ciri khas desain bangunan China ini memiliki 12 kamar dan 1 ruang utama di bagian tengah.
Lesong batu |
Lesong Batu adalah sebuah peninggalan Kerajaan Kutai yang terletak di Desa Muara Kaman Ulu, kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara. Menurut berbagai riwayat desa tersebut merupakan asal kerajaan Hindu tertua di Indonesia yaitu Kerajaan Kutai.
Lesong Batu merupakan peninggalan sejarah yang masih dapat disaksikan secara utuh di Muara Kaman. Beberapa kalangan masyarakat mengatakan bahwa Lesong Batu merupakan benda keramat peninggalan Kerajaan Kutai Hindu. Hal ini diperkuat oleh pendapat peneliti dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kutai Kartanegara yang bekerja sama dengan salah satu pakar arkeologi dari Malang, mereka mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang mereka lakukan bisa ditarik kesimpulan bahwa Lesong Batu merupakan salah satu prasasti peninggalan Kerajaan Hindu Kutai di bawah kepemimpinan Raja Mulawarman Nala Dewa.
Masjid Jami' Adji Amir Hasanoeddin [Pemegang hak cipta berkas ini, Arief Rahman Saan (Ezagren)] |
Masjid Jami' Adji Amir Hasanoeddin (EYD: Masjid Jami' Aji Amir Hasanuddin) adalah sebuah masjid bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Masjid ini di bangun pada tahun 1874 Oleh Raja Sultan Sulaiman. Masjid Jami' Hasanuddin masuk wilayah Kesultanan Kutai Kartanegara. Awalnya masjid ini berupa musholla kecil dan dibangun menjadi masjid berukuran besar pada tahun 1930 pada saat Kerajaan Kutai diperintah oleh Sultan Adji Mohammad Parikesit (1920-1959).
Koleksi yang terdapat dalam mesjid ini adalah Menara Masjid, Tiang Guru, Mimbar masjid, dan Sudut Mihrab masjid. Bangunan mesjid dirancang permanen bercorak rumah Adat Kalimantan Timur. Atapnya tumpang tiga dengan puncaknya berupa bentuk limas segi lima.Pada setiap tingkatan ditandai ventilasi yang jumlahnya bervariasi,bergantung pada besar kecilnya bangunan.
Di masjid ini terdapat 16 tiang kayu ulin yang besar. Ketika subuh peletakan batu pertama, rakyat langsung bergotong-royong dan membuat Masjid ini tanpa upah, hanya bermodalkan Iman dan keikhlasan kepada Allah SWT. Dan perlu di ingat sebelum Masjid ini di Rehab tidak ada ada satu paku pun yang digunakan untuk Membangun Masjid ini melainkan dengan Kayu itu sendiri.
Masjid Shiratal Mustaqiem [Pemegang hak cipta : Arief Rahman Saan (Ezagren)] |
Masjid Shiratal Mustaqiem adalah masjid tertua di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, tepatnya di kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang. Masjid yang dibangun pada tahun 1881 ini pernah menjadi pemenang ke-2 dalam Festival masjid-masjid bersejarah di Indonesia pada tahun 2003. Masjid ini memiliki satu menara dengan tinggi 21 meter. adalah masjid tertua di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, tepatnya di kelurahan Mesjid, Kecamatan Samarinda Seberang. Masjid yang dibangun pada tahun 1881 ini pernah menjadi pemenang ke-2 dalam Festival masjid-masjid bersejarah di Indonesia pada tahun 2003. Masjid ini memiliki satu menara dengan tinggi 21 meter.
Tugu Peringatan Pembantaian Jepang Loa Kulu [Pemegang hak cipta berkas ini, Arief R. Randan (Ezagren)] |
Tugu Pembantaian Loa Kulu merupakan tugu pembantaian ratusan warga Loa Kulu oleh tentara Jepang pada Juli 1946. Tugu ini berlokasi di puncak bukit di kawasan hutan kecamatan Loa Kulu, Desa Loh Sumber, Kutai Kartanegara. Di lokasi ini menjadi tempat bersemayam jasad para korban pembantaian warga Loa Kulu dan atau keluarga Belanda oleh penjajah Jepang kala itu.