Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat (Bagian 4)

Jawa Barat atau Jabar (bahasa Sunda: Jawa Kulon) adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung. Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.

Baca juga:

Berikut ini beberapa Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat:
  1. Pendopo Kabupaten Bandung 
  2. Bendungan Walahar 
  3. Gedung Wisma Karya 
  4. Kawasan Bangunan Kolonial 
  5. Gedung Dwiwarna 
  6. Rumah Sutan Syahrir 
  7. Paseban Tri Panca Tunggal
  8. Makam Van Beck
  9. Kompleks Buyut Trusmi
  10. Gedung PT. British American Tobaccos (P.T B.A.T) 
  11. Balai Kota Cirebon 
  12. Pendopo Kabupaten Cirebon
  13. Gedung Keresidenan

Pendopo Kabupaten Bandung

Pendopo Kabupaten Bandung
Pendopo Kabupaten Bandung yaitu bangunan yang dibuat untuk tempat pemerintahan bupati pada waktu itu. Pendopo Kabupaten ini merupakan bangunan pertama yang didirikan di daerah Alun-alun Bandung. Sampai sekarang bangunan ini masih ada dan mendiami lahan yang memang diperuntukkan untuk bangunan ini. Serta memiliki fungsi yang masih sama sebagai pusat pemerintahan Kota Bandung, Jawa Barat.

Lokasi yang dijadikan pendopo ini adanya disebelah barat lahan yang sebelumnya merupakan Alun-alun Bandung. Tempat ini dipilih Bupati R.A. Wiranatakusumah (1794-1829) sehubungan dengan rancangan Gubernur Jenderal Daendels membangun jalan pos (Grote Postweg) yang akan melewati daerah yang sekarang sudah menjadi pusat kota Bandung. Dahulu, pusat kota Bandung berada di daerah Dayeuhkolot (bahasa Sunda: Kota Lama), satu daerah yang adanya di 10 km dari jalan raya pos yang direncanakan. Penopo kabupaten ini merupakan bangunan yang pertama dibangun disana. Bentuk bangunannya masih sederhana. Temboknya dibuat dari anyaman bambu. Atapnya masih alang-alang lapis ijuk. Setelah beberapa kali mengalami renovasi, atap bangunannya diganti menjadi gaya tradisional Nusantara yang tersusun tiga.


Bendungan Walahar

Bendungan Walahar

Bendungan Walahar merupakan bendungan yang terletak di Walahar, Klari, Karawang, Jawa Barat. Bendungan ini merupakan salah satu bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda yang masih ada dan kokoh berdiri di Karawang. Bendungan Walahar digunakan untuk mengatur debit air sungai Ci Tarum serta mengairi sawah-sawah yang berada di Kabupaten Karawang seluas 87.396 hektare. Bendungan Walahar membentuk waduk seluas ±15 hektare. Bendungan ini berbatasan dengan Gintungkerta sebelah utara, Anggadita sebelah barat, Kutapuhaci sebelah selatan, dan sebelah timur berbatasan dengan Cimahi.



Bendungan Walahar berfungsi sebagai pengatur debit air sungai Ci Tarum serta mengairi areal persawahan seluas 87.396 hektare yang berada di Kabupaten Karawang. Selain itu, bendungan dipakai untuk menahan air bagi penduduk di Karawang bagian utara ketika musim hujan tiba. Bendungan ini digunakan pula sebagai sarana rekreasi, lokasi memancing, serta lokasi wisata.


Gedung Wisma Karya

Gedung Wisma Karya

Gedung Wisma Karya terletak di Jalan Ade Irma Suryani Nasution No. 2, Karanganyar, Subang, Cigadung, Kec. Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat 41211. Gedung Wisma Karya adalah sebuah gedung tua yang menjadi ikon kota Subang, di salah satu ruangannya kini di gunakan sebagai museum.

Pada era penjajahan belanda, Gedung Wisma Karya dijadikan tempat refreshing kaum gegeden Belanda di bawah kepemimpinan Tuan PW Hofland. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 1 ha dan sekarang merupakan area perkantoran. Dulunya gedung ini bernama Societeit dan dibangun pada masa perusahaan P&T Lands PW Hofland. 


Kawasan Bangunan Kolonial


Kawasan Bangunan Kolonial
Kawasan bangunan Kolonial merupakan tempat bersejarah di Kota Depok. Bangunan-bangunan masa Kolonial, misalnya Gereja Immanuel di Jalan Pemuda, Depok lama; Jembatan Panus yang melintas Sungai Ciliwung menghubungi Depok Lama dan Depok II; Pondok Cina di Jalan Margonda yang sekarang menjadi “ornamen’ Margo City, dan bekas rumah Tuan Tanah Cimanggis (km 34 jalan ke arah Bogor). 


Gedung Dwiwarna 


Gedung Dwi Warna
Gedung Dwi Warna adalah suatu bangunan bersejarah di Kota Bandung, Jawa Barat, yang dipergunakan sebagai tempat rapat komisi pada Konferensi Asia Afrika (1955). Gedung ini pernah menjadi Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat dan gedung Sekretariat KAA Tahun 1955. Seusai KAA, bangunan ini dijadikan sebagai Kantor Pusat Pembayaran Pensiunan (KP3), lalu Kantor Pusat Administrasi Belanja Pegawai dan Pensiun (KPABPP), lalu menjadi Subdirektorat Pengumpulan Data (SDPD) kemudian menjadi Pusat Pengolahan Data dan Informasi Anggaran (PPDIA) sampai tahun 2001. Kini, gedung tersebut dipergunakan oleh Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Jawa Barat.


Rumah Sutan Syahrir


Rumah Sutan Syahrir
Bangunan rumah milik Sutan Syahrir terletak di Jalan Linggajati, Desa Linggasana, kecamatan Cilimus. Bangunan ini memiliki halaman yang luas berukuran sekitar 1 hektar. Halaman dibatasi pagar yang terbuat dari besi. Pada awalnya bangunan ini berfungsi sebagai gudang amunisi Belanda, kemudian bagunan ini difungsikan sebagai kantor CPM sedangkan kepemilikannya dikuasai Depdiknas.

Bangunan Sutan Syahrir secara keseluruhan berdenah empat persegi panjang. Bagian atap bangunan ini berbentuk limasan dengan tutup genting. Bangunan ini memiliki pondasi yang maif dan pejal serta memiliki ketinggian bangunan sekitar 4 meter. Pada bagian depan terdapat serambi yang menghadap ke arah timur. Di sebelah kiri atau utara bangunan ini juga terdapt serambi yang menghadap ke utara. Di sebelah barat serambi yang menghadap utara terdapat gudang untuk menyimpan amunisi.


Paseban Tri Panca Tunggal


Paseban Tri Panca Tunggal
Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan cagar budaya yang terletak di Jl. Cigugur Sukamulya, Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 45552. Memiliki atap bertingkat disertai tonggak besi berkelopak bunga dibagian ujungnya. 

Paseban Tri Panca Tunggal didirikan oleh Pangeran Sadewa Madrais atau yang lebih dikenal dengan Kyai Madrais. Beliau adalah pewaris tahta Kerajaan Gebang di Cirebon yang telah dibumi hanguskan oleh pasukan VOC.

Kini, Paseban Tri Panca Tunggal telah lama menjadi bagian dari upacara adat Seren Taun, yaitu upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat Sunda sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.


Makam Van Beck


Makam Van Beck
Makam Van Beck adalah sebuah bangunan tua zaman Belanda yang terletak di sisi selatan jalan Cigugur ke Palutungan. Secara administratif masuk dalam wilayah Kecamatan Cigugur. Di dalam bangunan tersebut terdapat makam Van Beck dengan penanda berupa gundukan semen. Selain Van Beck, di dalamnya terdapat pula makam anggota keluarganya yang lain.


Kompleks Buyut Trusmi


Kompleks Buyut Trusmi
Komplek Buyut Trusmi merupakan tempat peziarahan yang dibangun pada tahun 1481 oleh Trusmi, anak pertama Raja Pajajaran (Prabu Siliwangi). Buyut Trusmi adalah yang menyebarkan ajaran Islam di Cirebon. Beliau wafat pada tahun 1559. Kompleks Buyut Trusmi terdapat di Kampung Dalem, Kelurahan Trusmi Wetan, Kecamatan Weru. 

Lokasi yang berjarak sekitar 5 km dari Sumber ini sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraan roda dua maupun empat. Kompleks Buyut Trusmi luasnya sekitar 3600 m2 dikelilingi pagar tembok setinggi 2 m dengan bahan bata tanpa dilepa. Sebagaimana bangunan dari masa Kesultanan Cirebon lainnya, Kompleks Buyut Trusmi didominasi warna merah bata.


Gedung PT. British American Tobaccos (P.T B.A.T)


Gedung PT. British American Tobaccos (P.T B.A.T)
Gedung PT B.A.T. pada awalnya merupakan perusahaan rokok SS Michael. Sebelum tahun 1925, mereka membelinya dan kemudian mengembangkannya secara besar-besaran. Bangunan dua lantai ini dibangun tahun 1924 oleh arsitek F.D. Cuypers & Hulswit dengan gaya art deco. Lokasi: Lokasi: Jl. Pasuketan, Kampung Kebumen, Desa Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon, Jawa Barat.


Balai Kota Cirebon


Balai Kota Cirebon
Balai Kota Cirebon atau dijuluki oleh masyarakat setempat sebagai Balai Udang merupakan kantor bagi Wali Kota Cirebon, Jawa Barat. Gedung ini merupakan salah satu bangunan berarsitektur kolonial di Indonesia. Desainnya menunjukkan pengaruh gaya seni Mazhab Amsterdam dari Belanda.

Balai Kota Cirebon dibangun dengan langgam arsitektur Art Deco yang terpengaruh oleh gaya modern Mazhab Amsterdam dari Belanda. Pembangunannya diprakarsai oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cirebon Joost Jacob Jiskoot (1896–1987) dan rancangannya dikerjakan oleh dua orang arsitek yakni H.P Hamdl dan CFH Koll.


Gedung Balai Kota Cirebon berdiri pada lahan seluas 15.770 meter persegi dengan tembok berwarna putih. Secara terpisah, bangunannya terdiri dari bangunan inti dan bangunan penunjang membentuk sayap pada kiri dan kanannya. Bangunan inti terdiri dari dua lantai. Di depannya, terdapat portico yang berbentuk setengah lingkaran. Pada sisi kiri dan kanannya, terdapat hiasan patung Anthon Maas dalam bentuk udang, merujuk pada industri udang yang berkembang di Cirebon yang membuat kota itu dikenal sebagai Kota Udang.