Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat (Bagian 5)

Jawa Barat atau Jabar (bahasa Sunda: Jawa Kulon) adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung. Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.

Baca juga:

Berikut ini beberapa Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat:
  • Pendopo Kabupaten Cirebon
  • Gedung Keresidenan 
  • Rumah Dinas Camat Sagalaherang
  • Wisma Karya
  • Sekolah Penerbangan Belanda
  • Rumah Sejarah Kalijati
  • Klenteng Liem Thay Soekong
  • Gedung Tinggi 
  • Rumah Tuan Tanah Pebayuran 
  • Gedong Papak 
  • Monumen Rawa Gede 
  • Tugu Kebulatan Proklamasi 

Pendopo Kabupaten Cirebon

Pendopo Cirebon
Pendopo Cirebon adalah bangunan yang terletak di Jl. Kartini No.7, Kejaksan, Kota Cirebon, Jawa Barat 45123 Provinsi: Jawa Barat. Kawasan Pendopo Kabupaten Cirebon dirancang sebagai pusat pemerintahan pribumi sebagai realisasi politik desentralisasi pemerintahan di Hindia Belanda awal Abad XX. 

Suasana kawasan pendopo kabupaten masih sangat asri saat itu dengan vegetasi pohon asem jawa yang rindang berjajar rapi di sepanjang Jalan Cangkring dan Kejaksan (sekarang Jalan Siliwangi). Bila malam hari, ujung perempatan Pendopo Kabupaten Cirebon diterangi dengan lampu gas. Berjajar dekat pendopo kabupaten ke arah barat, berseberangan dengan Tajug Agung Kabupaten dibangun native school sebuah sekolah bumiputra tempat anak-anak pribumi Cirebon belajar membaca, menulis, dan berhitung. 


Gedung Keresidenan 

Gedung Keresidenen
Gedung Karesidenan berada di Jl. K.K. Singawinata sebelah selatan Situ Buleud. Secara administratif termasuk di wilayah Kampung Upas, Kelurahan Nagri Kidul, Kecamatan Purwakarta.

Pembangunan Gedung Karesidenan berkaitan erat dengan status Purwakarta sebagai ibukota Karesidenan Karawang. Pada awal masa pemerintahan Bupati Sastra Adiningrat I (tahun 1854), Purwakarta menjadi ibukota Keresidenan Karawang.

Gedung keresidenan di Purwakarta mungkin dibangun sekitar tahun 1902. Gedung Karesidenan menempati lahan yang cukup luas. Bangunan utama berada di tengah halaman. Di depan bangunan utama terdapat taman, demikian juga di samping kiri dan kanan. Arsitektur gedung utama berlanggam Indische Empire Stijl. Bentuk dan gaya bangunan itu mirip dengan Gedung Pakuan (bekas Gedung Keresidenan Priangan) di kota Bandung.


Rumah Dinas Camat Sagalaherang

Rumah Dinas Camat Sagalaherang
Rumah Dinas Camat Sagalaherang adalah salah satu bangunan lama peninggalan masa kolonial. Bangunan rumah dinas berada di bagian barat halaman komplek kantor camat. Secara administratif berada di wilayah Dusun Kitipik, Desa Sagalaherang Kidul, Kecamatan Sagalaherang.

Bangunan rumah dengan warna dominan putih ini, didirikan di atas lantai batur. Untuk memasuki rumah melewati tangga naik yang berada di sisi utara bagian barat dan timur. Kedua tangga tersebut dibangun secara melengkung. Dahulu lantai tangga dari bahan ubin terakota. Ubin ini sekarang dituutp plesteran semen.
Pada bagian tengah sisi utara halaman batur terdapat pagar besi. Bangunan rumah berdenah empat persegi panjang berukuran sekitar 12 x 20 m. Bagian depan rumah merupakan serambi terbuka berlantai keramik. Dahulu lantai serambi dan juga ruangan utama dari bahan papan. Pada serambi ini terdapat 12 tiang berpenampang lintar bundar. Bagian bawah dan kepala tiang berbentuk persegi. Bagian tengah serambi menjorok ke dalam. Di kanan dan kiri bagian yang menjorok terdapat kamar masing-masing berukuran 3 x 3 m. Pintu masuk kedua kamar saling berhadapan ke arah dalam (barat dan timur). Pada sisi utara kedua kamar terdapat jendela dengan daun jendela jalusi. Pintu masuk ruang utama berada di tengah, di antara kedua kamar depan. Daun pintu juga berupa daun pintu jalusi. Di atas pintu dihias dengan susunan kayu pola silang-silang. Atap bangunan berbentuk limas memanjang.


Wisma Karya

Wisma Karya
Wisma Karya beralamat di Jl. Ade Irma Suryani Nasution No. 2. Secara administratif termasuk di Kampung Karanganyar, Desa Karanganyar, Kecamatan Subang.

Gedung peninggalan masa kolonial ini berada pada lahan seluas sekitar 1 ha. Sisi barat, utara, dan timur berpagar besi sedangkan bagian depan (selatan) merupakan halaman terbuka sebagai public space. Bangunan Wisma Karya bergaya postmodern berdenah segi empat terdiri empat unit mengeliling. Masing-masing bagian, dinding bagian bawah dari bahan batu dan bagian atas bata. Serambi bagian depan diperkuat dengan tiang-tiang batu berbentuk persegi. Unit bangunan bagian depan ini dahulu berfungsi untuk bar, bagian utara ruangan untuk bowling, dan bagian timur aula.

Sekarang ini kawasan ini merupakan kawasan perkantoran pemerintah dan pemukiman penduduk.


Sekolah Penerbangan Belanda

Sekolah Penerbangan Belanda
Gedung bekas Sekolah Penerbangan jaman Belanda berada di komplek Lanud Suryadarma, Kalijati, Subang. Gedung yang bergaya postmodern ini sekarang untuk Wing Pendidikan Teknik dan Pembekalan, Komando Pendidikan TNI Angkatan Udara.

Bangunan fisik gedung bagian bawah dari bahan batu dan bagian atas bata. Pada setiap jendela dan pintu terdapat garis-garis mendatar sebagai ciri khas gaya postmodern. Gerbang masuk berada di tengah bangunan dilengkapi kanopi yang disangga dua tiang tuscan. Bagian gerbang masuk ini berlantai dua dengan atap berbentuk limas.

Masih dalam kaitan dengan Sekolah Penerbangan, sekarang didirikanlah museum hidup yang bernama Museum Amerta Dirgantara Mandala bertempat di hanggar E Lanud Suryadarma. Di dalam hanggar terdapat beberapa pesawat tua yang selalu dirawat sehingga secara teknis, mesin setiap pesawat dalam keadaan baik.


Rumah Sejarah Kalijati

Rumah Bersejarah Kalijati berada di Komplek Garuda E 25 Lanud Suryadarma, secara administratif termasuk di wilayah Desa Kalijati Barat, Kecamatan Kalijati sekitar 25 km dari kota Subang.

Rumah Bersejarah Subang merupakan objek yang bernilai sejarah tinggi bagi bangsa Indonesia. Di tempat ini, pada tanggal 8 Maret 1942 telah dilaksanakan penyerahan kekuasaan Belanda kepada Jepang.

Sekarang ini Rumah Bersejarah Kalijati dijadikan Museum di bawah pengelolaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Subang. Rumah Sejarah Kalijati banyak menyimpan bukti-bukti sejarah bagi bangsa Indonesia. Para pengunjung dapat melihat koleksi-koleksi museum yang berhubungan dengan masa penjajahan Belanda dan Jepang pada masa itu khususnya peristiwa penyerahan Belanda kepada Jepang. 


Rumah Bersejarah Kalijati merupakan rumah tinggal bergaya postmodern berukuran sekitar 10 x 10 m, dengan atap berbentuk limas.


Klenteng Liem Thay Soekong

Klenteng Liem Thay Soekong
Klenteng Liem Thay Soekong (Kong Siang Tee Kong) terletak di Jalan K.H. Fudolih, Kampung Klenteng, Desa Karang Asih, Kecamatan Cikarang Utara. 

Klenteng memiliki luas tanah 60 x 50 m. Lingkungan klenteng merupakan perkampungan penduduk keturunan Cina terlihat pada bangunan-bangunan yang terletak di tepi Jl. Raya Pasar Karang Asih masih tampak beberapa bangunan dengan arsitektur Cina yang sejak dulu sebagai pertokoan. 


Bangunan ini sudah mengalami banyak perubahan, terakhir direnovasi 2 tahun lalu (2005). Bagian bangunan yang masih terlihat asli adalah pada bagian pintu utama masuk ruang utama klenteng, berupa kuzen pintu dengan 2 daun pintu kanan dan kiri, 2 tambur, dan peti.


Gedung Tinggi 

Gedung Tinggi
Gedung Tinggi berada di lingkungan perumahan dan perkantoran. Berada di tepi jalan raya Hasanudin No. 5, Kecamatan Tambun Selatan. Gedung Tinggi pada mulanya milik seorang tuan tanah (landheer) keturunan Cina bernama Kouw Tjing Kee.


Sejak tahun 1962, Gedung Tinggi telah dibeli dan dimiliki Pemerintah Propinsi Jawa Barat. Secara historis, gedung ini merupakan saksi sejarah, khususnya dalam rangkaian peristiwa sejarah perjuangan bangsa.


Rumah Tuan Tanah Pebayuran 

Rumah tuan tanah Pebayuran
Rumah Tuan Tanah Pebayuran yang terletak di Jalan Raya Pebayuran nomor 57, Desa Karangjaya, dibangun sekitar tahun 1930. Dahulu gedung ini sempat digunakan sebagai Mapolsek Pebayuran dan Balai Kemitraan Polisi dan Masyarakat (BKPM) yang diberinama BKPM H. M. Yasin dan Susgarwanto. 

Rumah Tuan Tanah Pebayuran dibangun sekira tahun 1760 oleh seseorang berkebangsaan Belanda.


Gedong Papak 

Gedong Papak
Gedong Papak berada di Jalan H. Juanda No. 100, secara administratif termasuk di dalam Desa Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur. 

Atap bangunan datar berupa cor semen, terlihat berbeda dengan bangunan pada umumnya. Oleh karena atapnya yang datar atau papak maka bangunan itu disebut dengan Gedong Papak.

Karena telah beralih fungsi sebagai mushola bagi karyawan-karyawan Dinas tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi. Kondisi bangunan relatif terpelihara dengan baik. 


Gedong Papak ini memiliki luas bangunan 2500 m², dan dibangun di areal tanah seluas ± 1,5 hektar. Selain Gedong Papak di lingkungan sekitarnya terdapat lapangan parkir kendaraan roda 2 ataupun roda 4 karyawan dan tamu dari kantor Dinas tata Ruang dan Pemukiman  Kota Bekasi, PDAM Kota Bekasi dan Telkom Kota Bekasi.


Monumen Rawa Gede 

Monumen perjuangan Rawa Gede
Monumen ini berada di pinggir jalan sebelah utara, Dusun Rawagede, Desa Balongsari, Kecamatan Rawamerta, Karawang, Jawa Barat. Bangunan monumen dibangun mulai November 1995 dan diresmikan pada 12 Juli 1996. 


Monumen ini adalah sebagai pengingat bahwa pernah terjadi peristiwa pembantaian warga oleh tentara Belanda. Dengan adanya monumen ini generasi penerus akan dapat menghayati kegigihan masyarakat pada waktu itu daam rangka mempertahankan kemerdekaan.


Tugu Kebulatan Proklamasi


Tugu Kebulatan Proklamasi
Monumen ini dibangun di atas tanah seluas 1500 m2, yang merupakan bekas lokasi markas PETA di Kampung Bojong Tugu, Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok. Lahan monumen berbentuk segitiga.

Monumen dibangun  pada tahun 1950. Pada tahun 1984 dilakukan pemuggaran oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Karawang. Pemugaran terakhir dilakukan pada masa pemerintahan presiden Megawati Sukarnoputri. 

Monumen dibangun sebagai pengingat tentang Peristiwa rengasdengklok.