Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi Utara (Sulut)
Sulawesi Utara (disingkat Sulut) adalah salah satu provinsi yang terletak di ujung utara Pulau Sulawesi dengan ibu kota terletak di kota Manado. Temuan benda purbakala di Sulawesi Utara di antaranya gua-gua purba di Talaud, Minahasa, Bolaang Mongondow. Kubur batu Waruga yang bertebaran di Minahasa. Pada saat terjadi pengesekan (zaman glacial) di muka bumi pada masa Plestosin, pernah terjadi migrasi fauna dari daratan Asia ke Selatan melalui Filipina dan Sulawesi Utara. Oleh sebab itu di Filipina dan di Sulawesi Utara terdapat peninggalan fosil-fosil binatang purba seperti gajah purba (stegodon) dan fosil hewan lainnya.
Google pencarian : peninggalan sejarah di minahasa, bangunan bersejarah manado, situs dan peninggalan manusia purba di sulawesi utara, peninggalan sejarah kalimantan selatan, gambar peninggalan sejarah kalimantan selatan, sejarah kota manado, peninggalan sejarah jawa tengah, sebutkan patung-patung yang berada di daerah kabupaten minahasa
Sejarah peradaban manusia di daerah ini cukup panjang dan menarik. Daerah ini pada zaman es melanda dunia pada masa plestosin jutaan tahun yang lalu, merupakan bagian daratan yang menghubungkan pulau Sulawesi dengan daratan Filipina bahkan daratan Asia. Setelah zaman es berakhir, Sulawesi Utara menjadi daratan yang membentuk jazirah Pulau Sulawesi dan kepulauan di bagian Utaranya.
Selain daratan yang sebagian besar merupakan dataran tinggi, Sulawesi Utara juga terdiri dari pulau-pulau yang jumlahnya cukup banyak, lebih dari 150 pulau. Daerah ini mempunyai karakter alam yang khas yaitu dataran tinggi lebih luas dari dataran rendahnya, memiliki banyak gunung berapi dan sebagian besar masih aktif termasuk gunung api bawah laut, memiliki banyak gugusan karang yang membentuk pulau-pulau, selain itu kerak bumi daerah ini berdekatan bahkan sebagian berada tepat di daerah terjadinya proses subduksi (perbenturan) lempeng-lempeng (plates) tektonik antara lempeng Pasifik-Filipina-Australia dengan lempeng Sangihe dan Halmahera. Bahkan terletak dekat dengan pertemuan lempeng-lempeng dunia seperti lempeng Pasifik, Eurasia dan Australia.
Daerah Sulawesi Utara masuk dalam sejarah catatan sejak tahun 1365 demikian menurut tulisan David DS Lumoindong, di dapat dari penemuan berita mengenai Talaud dan Minahasa. Tetapi kalau dilihat sejak adanya tulisan maka bukti penulisan di Watu Pinawetengan yang di perkirakan tahun 670 Masehi menurut Riedel.
Bangsa Portugis adalah bangsa barat yang pertama kali datang di Sulawesi Utara, kapal Portugis berlabuh di pulau Manado dimasa Kerajaan Manado tahun 1521. Kapal Spanyol berlabuh di pulau Talaud dan Siau, terus ke Ternate. Portugis membangun benteng di Amurang. Spanyol membangun Benteng di Manado, sejak itu Minahasa mulai di kuasai Spanyol. Perlawanan melawan penjajahan Spanyol memuncak tahun 1660-1664. Kapal Belanda mendarat di Kota Manado pada tahun 1660 dalam membantu perjuangan Konfederasi Minahasa melawan Spanyol. Perserikatan negara-negara republik anggota Konfederasi Minahasa mengadakan Perjanjian Dagang dengan VOC. Perjanjian kerjasama dagang ini kemudian menjadikan VOC memonopoli perdagangan, yang lama kelamaan mulai memaksakan kehendaknya, akhirnya menimbulkan perlawanan tahun 1700 an di Ratahan yang memuncak pada Perang Minahasa-Belanda tahun 1809-1811 di Tondano.
Benda Temuan Arkeology Masa Sejarah di Sulut di antaranya Benteng-benteng Portugis di seperti di Amurang, Kema, Batu Waruga di Sawangan, Tomohon, Tondano, Tompaso kemudian tugu-tugu batu di semua desa disebut Batu Tumotowa.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia terbagi menjadi 8 Provinsi, dan Sulawesi termasuk salah satu provinsi tersebut. Gubernur pertama Sulawesi adalah Dr. Sam Ratulangi, yang juga dikenal sebagai pahlawan nasional.
Tahun 1948 di Sulawesi dibentuk Negara Indonesia Timur, yang kemudian menjadi salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Negara Indonesia Timur dibubarkan, dan bergabung ke dalam Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang Nomor UU 13 Tahun 1964, dibentuk Provinsi Sulawesi Utara. Tanggal 14 Agustus 1959 di tetapkan sebagai hari jadi provinsi. (Wikipedia)
Daftar Isi :
- Gereja-Sentrum
- Goa Jepang
- Klenteng Ban Hin Kiong
- Loji Tondano
- Makam Tuanku Imam Bonjolo
- Minahasa Raad
- Monas Tondano
- Museum Negeri Sulawesi Utara
- Penjara Tua Kema
- Tugu Titik Nol Manado
- Tugu Dotu Lolong Lasut
- Tugu Perang Dunia II
- Veldbox
- Waruga Sawangan
Gereja Sentrum atau biasa dikenal sebagai Gereja Masehi Injil ini adalah sebuah gereja tertua yang ada di Kota Manado. Usianya sudah ratusan tahun dan masih digunakan hingga saat ini untuk beribadah. Gereja yang berdiri pada tahun 1677 ini terletak sekitar 100 meter dari bekas Pasar 45 atau Bendar Manado. Posisi tepatnya ada di depan Gedung Juang 45 Manado.
Fungsi awal bangunan gereja ini tentu untuk beribadah. Namun pada masa penjajahan Jepang, gedung ini beralih fungsi menjadi markas Manado Syuu Kiri Sutokyo Kyookai yang dipimpin oleh Pdt. Hamasaki asal Jepang. Lokasinya berada di Jalan Sarapung nomor 1, Wenang.
Goa Jepang tersebar dibeberapa wilayah Kota Manado, yakni Kelurahan Singkil Satu, Tanjung Batu, Titiwungen Selatan, Pakowa, Tikala Ares, dan Kairagi.
Salah satu Goa Jepang yang masih terpelihara yakni yang terdapat di Jalan Lorong Bukit Kelurahan Tikala Ares Kecamatan Tikala. Goa ini memiliki 2 pintu masuk dan menyerupai terowongan dan berdinding beton. Lebar terowongan tersebut ± 2 Meter dan panjang ± 10 Meter. Didalam goa Jepang ini terdapat sebuah kamar berukuran kecil dan sebuah meja yang terbuat dari batu.
Terdapat pintu penghubung menuju terowongan yang ada disebelah. Jadi, apabila kita masuk melalui pintu yang berada disebelah kiri akan keluar pada pintu sebelah kanan dan begitu sebaliknya. Terowongan ini memiliki jalan tembus yang menghubungkan dengan jalan raya disebelah kanan goa. Jalan yang akan dilalui menuju goa tersebut agak berbukit dan diatas goa tersebut terdapat perumahan penduduk.
Kegiatan wisata yang dapat dilakukan ditempat ini, adalah mengetahui sejarah penjajahan Jepang di Indonesia. Goa ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Manado dengan menggunakan angkutan darat.
Loji Tondano merupakan bangunan Tua bekas peninggalan sejarah di Indonesia yang terletak di kelurahan Renegetan, Kecamatan Tondano, Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Asal muasal kata ‘Loji’ berasal dari kata loge berasal dari bahasa Belanda yang artinya kantor dagang Belanda VOC.
Bangunan Loji ini berdenah empat persegi panjang, dengan ukuran 26,8 x 16,2 m2, bangunan bentuk rumah panggung yang keseluruhan dindingnya terbuat dari kayu. Pada saat ini bagian dasar bangunan di topang oleh tiang beton yang berjumlah 45 buah dan bantalan kayu yang besar berjumlah 13 buah, dahulunya tiang peyangga ini terbuat dari kayu.
Gedung Loji didirikan sekitar tahun 1850, pernah digunakan pada jaman penjajahan Hindia Belanda di tanah Minahasa sebagai gudang penyimpanan kopi oleh VOC. Dulunya juga digunakan sebagai bangunan pejabat tinggi hindia belanda atau tempat tinggal konteler (kepala distrik), begitupun kemudian pada masa penjajahan Jepang sampai terbentuknya pemerintahan Negara Republik Indonesia, bangunan ini digunakan sebagai tempat pelaksanaan acara acara atau upacara penting dalam kegiatan setiap pemerintahan saat itu.
Bangunan Loji Tondano, pada awalnya berada di lahan Kantor Bupati saat itu. Pada tahun 1979 oleh Bupati B.G.Lapian bangunan tersebut dibongkar dengan alasan karena lahan aslinya akan dibangun kantor bupati yang baru, hal ini sempat menjadi kontroversi disaat itu. Kemudian bangunan Loji Tondano berhasil dipindahkan ke tempat yang sekarang ini di Desa Rinegetan.
Sebelum dibongkar bangunan ini dijadikaan sebagai markas Kodim Minahasa yang sebelumnya ditempati Perguruan Tinggi Pendidikan Guru yang kemudian berkembang menjadi IKIP Manado dan sekarang menjadi Universita negeri Manado (UNIMA). Universitas Pinaesaan sebagai perguruan tinggi pertama di Sulawesi Utara diresmikan berdirinya di bangunan ini pada tahun 1953.
Bangunan Loji Tondano saat ini telah menjadi situs sejarah dan purbakala di Indonesia dan bangunan ini telah dipugar sebanyak 3 kali yaitu pada Tahun 1980, 2010, dan Tahun 2011. [sumber : Sulut Link]
Makam Tuanku Imam Bonjol [kemendikbud.go.id] |
Makam Tuanku Imam Bonjol adalah tempat peristirahatan salah satu pahlawan Indonesia yang memperjuangkan kemerdekaan, namanya Tuanku Imam Bonjol. Beliau wafat pada 6 November 1864 di Minahasa.
Makamnya dibangun dalam bentuk bangunan bergaya Minang yang khas dengan atap berbentuk gonjong. Bangunannya dihiasi dengan kaligrafi ayat al-quran. Tidak jauh dari lokasi makam, ada sebuah anak tangga. Jika Anda melewatinya, maka akan terlihat sebuah mushola yang pernah digunakan beliau untuk beribadah. Lokasinya ada di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng, Minahasa
Gedung Minahasa Raad [ARCHITECTURE HERITAGE : INDONESIA] |
Minahasa Raad adalah sebuah gedung yang menyimpan kisah perjuangan warga Manado dan Minahasa di masa kolonial. Gedung ini sempat berfungsi sebagai gedung dewan pasca pengakuan kedaulatan RI tahun 1949.
Bangunan Minahasa Raad yang terletak di pusat Kota Manado berdampingan dengan Gedung Juang 45 adalah satu dari sekian banyak bangunan bersejarah di Sulawesi Utara khususnya Kota Manado.
Kini Bangunan Minahasa Raad sudah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kota Manado dan telah mengalami renovasi.
Monas Tondano [Mapio.net] |
Monas Tondano adalah sebuah tugu yang berdiri di kawasan Tondano dengan ketinggian sekitar 15 meter. Bagian atasnya ada kerucut emas. Posisinya berada di tengah persimpangan jalan. Tugu ini dibangun sebagai simbol perjuangan rakyat melawan penjajah.
Bangunan Peninggalan Sejarah Sulawesi Utara (Sulut), [Trapedia] |
Museum Negeri Sulawesi Utara adalah sebuah bangunan yang berlokasi di Jalan Wr Supratman nomor 72. Harga tiketnya hanya seribu rupiah dan museum ini buka dari pukul 8:30 hingga 16:00 WITA.
Bangunan museum ini menyerupai rumah adat Minahasa. Museum ini memamerkan representasi kebudayaan dan sejarah masyarakat lokal Sulawesi Utara, sejarah pra dan pascakolonial, percampuran budaya dengan masyarakat Cina dan Belanda yang menetap di Sulawesi Utara.
Di Museum Negeri Sulawesi Utara ini terdapat aneka koleksi sejarah dalam bidang kebudayaan, sejarah, dan pengetahuan alam. Misalnya saja pakaian tradisional Suku Sasak, Mbojo, dan Samawa, ada juga peralatan hidup yang digunakan masyarakat setempat pada jaman dulu, catatan sejarah mengenai Lombok yang dituliskan pada lembaran daun lontar, serta aneka keris yang digunakan untuk upacara adat.
Museum ini mulai dibangun pada tahun 1974. awal mula museum ini dibangun dikarenakan pada tahun 1967,dtemukan benda-benda keramik di halaman rumah oleh seorang warga rasi kecamatan Ratahan yang bernama Bola Resun saat dia berkebun, yang kemudian diserahkan kepada kantor daerah Ditjen Kebudayaan Manado. Museum tersebut saat ini telah menjadi ikon kota manado dan telah meraih predikat terbesar di Manado.
Penjara Tua Kema, Minahasa Utara-Sulut [News Okezone] |
Penjara tua bekas peninggalan Portugis ini berlokasi di Desa Kema III Kecamatan Kema. Penjara ini terletak di ketinggian 6 meter dari atas permukaan laut, serta berjarak sekitar 500 meter dari pinggir pantai.
Bentuk penjara ini menyerupai gudang berukuran 10x7,50 meter. Tinggi bangunan sekitar 4 meter bahkan bisa setinggi 7,25 meter jika dihitung sampai ke ujung atap. Ruangan dalam gedung terdiri dari 3 bilik penjara berukuran tidak terlalu besar. Masing-masing bilik memliki pintu yang di atasnya terdapat kisi-kisi besi. Menariknya, beberapa bagian bangunan masih asli.
Untuk memasuki bangunan tua ini, pengunjung harus melalui sebuah gang sempit. Penjara ini terletak di antara padatnya pemukiman penduduk. Nuansa warna putih sangat dominan mulai dari pintu masuk sampai ke bangunan penjara.
Saat memasuki bangunan utama penjara, udara terasa sedikit berbeda. Agak dingin dan membuat bulu kuduk merinding. Maklum, penjara tua ini merupakan tempat penghukuman warga dan tentara yang berbuat kesalahan. [sumber : merdeka.com]
Tugu Titik Nol (zero point) Manado, [Tripadvisor] |
Manado adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki tugu titik nol. Kehadiran tugu Titik Nol Manado ini merupakan saksi bisu dari perjalanan kota Manado yang sudah berumur setengah millennium. Tugu ini berdiri di tengah perempatan Jalan Sam Ratulangi.
Tugu ini dicat dengan warna kuning yang sudah memudar karena dimakan usia. Di bagian atasnya terdapat sebuah bola dunia yang dibuat menggunakan baja anti karat. Tiang pada tugu ini juga berfungsi sebagai penunjuk arah mata angin.
Patung Dotu Lolong Lasut (Foto Situs Dinas pariwisata Kota Manado) |
Tugu Dotu Lolong Lasut adalah bangunan yang dibuat sebagai penghormatan kepada sosok Lolong Lasut yang dipercaya sebagai penemu kota Manado yang hidup pada abad ke 16. Sosoknya religius dan disegani. Dia juga memimpin penduduk setempat untuk melawan para penjajah Portugis. Tugu Dotu Lolong Lasut ini dibangun pada tahun 1987 di tengah Taman Kesatuan Bangsa sebagai bentuk penghormatan.
Tugu Perang Dunia II |
Tugu peringatan ini berdiri dengan tinggi sekitar 10 meter. Terdapat dua versi cerita di balik pembuatan tugu peringatan ini. Versi pertama mengatakan kalau tugu ini dibangun pada tahun 1940 untuk memperingati jatuhnya pasukan tentara Jepang di Sulawesi Utara. Sedangkan versi kedua mengatakan kalau tugu ini sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda di abad ke-19. Tugu ini letaknya di Lawangirung, Kec. Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara bersebelahan dengan Gereja Sentrum.
Tinggi monumen ini 40 meter terdiri dari 4 buah tiang penyangga dengan sebuah kunus persegi-empat yang disimbolkan sebagai peti jenazah atau berisi abu jenazah korban perang dan dilengkapi dengan empat bola/roda peti jenazah. Monumen ini dimaknai sebagai simbol penyerahan arwah korban perang kepada Tuhan Yang Maha Kuasa pada kotak berbentuk kubus di puncak monumen. Empat bola/roda kota kubus diatas, disimbolkan sebagai pemisah antara mahkluk mulia mausia yang mengusung dan diusung. Monumen ini sebagai bukti bagaimana peran dan strategisnya lokasi Manado-Minahasa pada masa Perang Pasifik, bahkan diawal Perang Dunia II.
Veldbox Manado [Tribun News] |
Veldbox adalah sebuah bangunan beton kokoh tebal berbentuk tabung terhimpit di antara rumah warga di Kelurahan Wanea Lingkungan 1. Lokasinya di samping Jalan Sam Ratulangi dekat Jembatan Wanea. Bangunan ini merupakan Sisa peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang digunakan Jepang dalam Perang Pasifik.
veldbox dibangun saebagi kubu pertahanan lapangan. Selain itu, Veldbox juga sebagai penangkis serangan udara, laut, dan darat dari serangan musuh.
Bentuknya membulat dengan material beton‑semen yang kuat. Bangunan itu bisa dimasuki seregu pasukan dengan persenjataan lengkap. Tingginya tak sampai 2 meter dengan ketebalan 30 sampai 40 sentimeter. Di bangunan ini ada sebuah pintu kecil untuk masuk keluar, kemudian jendela kecil untuk mengeluarkan moncong senja membidik musuh.
Veldbox dibangun pemerintah kolonial Belanda untuk mengantisipasi serangan musuh, dan ditempatkan pada tempat‑tempat strategis, seperti di atas sebuah bukit. Pada masa perang, veldbox merupakan tempat pertahanan yang efektif bahkan menyusahkan pasukan sekutu. Dengan segelintir tentara bisa menghalau banyak pasukan sekutu dari kubu petahanan ini. Di Manado, veldbox dibangun di wilayah pesisir pantai, sungai, dan bukit. [sumber : Tribun News]
Waruga Sawangan [Wikipedia] |
Waruga Sawangan adalah salah satu situs peninggalan sejarah yang telah berubah menjadi salah satu destinasi wisata andalan di Provinsi Sulawesi Utara. Wisata ini berada di Desa Sawangan, Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Waruga adalah kubur batu yang mempunyai bentuk kubus, dengan atap berbentuk segitiga yang menyerupai bubungan atap rumah saat ini. Masyarakat Minahasa tempo dulu kematian dimaknai seperti ular berganti kulit, yaitu berubah dari kehidupan nyata untuk masuk ke dalam alam roh. Untuk membantu proses perubahan itu, seseorang yang telah meninggal akan dibuatkan rumah berupa peti kubur batu berukuran 2x2 meter dengan tinggi sekitar 2 meter.
Pada bagian atap, banyak terdapat hiasan pahatan berupa manusia, hewan, atau tumbuhan. Hiasan pahatan menggambarkan berapa jenazah yang tersimpan di dalam waruga, sekaligus menggambarkan mata pencarian orang tersebut semasa hidup. Sedangkan pada bagian bawah yang berbentuk kubus, merupakan ruangan untuk tempat meletakkan jenazah. Orang yang telah meninggal dunia, diletakkan dengan posisi menghadap ke utara dan didudukkan dengan tumit menempel pada pantat dan kepala mencium lutut. Persis seperti posisi seorang bayi pada saat berada di dalam kandungan. Hal ini berkaitan dengan keyakinan masyarakat Minahasa bahwa orang yang sudah meninggal akan kembali ke posisi dimana saat dia di dalam kandungan, yaitu dalam posisi jongkok.
Banyak objek wisata situs purbakala kubur batu Waruga yang dapat anda temui di minahasa antara lain di daerah Airmadidi, Rap-Rap, serta Sawangan namun wisatawan lebih mengenal desa sawangan. anda bisa melihat Waruga dalam jumlah yang banyak dengan berbagai bentuk yang sudah terkumpul disebuah lokasi yang berada disekitar pemukiman warga. Di Taman Purbakala Waruga Sawangan ada 144 Waruga yang bisa ditemui. Konon ketika jasad dimasukkan dalam Waruga akan disertakan pula benda-beda berharga seperti piring keramik, gelang dan benda tajam (pisau).
Menurut catatan sejarah, Waruga mulai digunakan oleh orang Minahasa pada abad ke IX. Namun sekitar tahun 1860, kebiasaan mengubur dalam Waruga mulai dilarang oleh Belanda. Kemudian pada tahun1870, Suku Minahasa mulai membuat peti mati sebagai pengganti Waruga . Meski merupakan komplek pemakaman, Taman Kubur Batu Waruga jauh dari kesan menyeramkan. Suasana alam yang indah dan berpadu dengan udara yang sejuk, membuat siapapun justru betah berlama-lama di sini. Mengunjungi Taman Kubur Batu Waruga, terasa seperti menyusuri lorong waktu untuk mengenal lebih dekat dengan kebudayaan Minahasa. [sumber : KMS Tour]