Beranda · Alat Musik · Budaya · Lambang · Wisata Sejarah

Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat (Bagian 6)

Jawa Barat atau Jabar (bahasa Sunda: Jawa Kulon) adalah sebuah provinsi di Indonesia, ibu kotanya berada di Bandung. Temuan arkeologi di Anyer menunjukkan adanya budaya logam perunggu dan besi sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman buni (Bekasi kuna) bisa ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.

Baca juga:

Berikut ini beberapa Peninggalan Sejarah Provinsi Jawa Barat:
  • Rumah Pengasingan Bung Karno - Hatta 
  • Pendopo Kabupaten Cianjur 
  • Gedung Balai Kota Bogor
  • Gedung Sate
  • Bale Pamengkang
  • Kantor Disbudpar Kabupaten Garut
  • Gunung Kunci 
  • Monumen Lingga
  • Stasiun Kereta Api Cimahi 
  • Rumah Sakit Dustira
  • Makam Karl Adolf Bosscha
  • Sekolah Dewi sartika

Rumah Pengasingan Bung Karno - Hatta

Rumah Pengasingan Bung Karno - Hatta
Rumah tinggal keluarga Djiau Kie Song berada di Kampung Bojong Tugu, Kelurahan Rengasdengklok, Kecamatan Rengasdengklok. Dulu merupakan tempat Bung Karno dan Bung Hatta diinapkan oleh para pemuda (Adam Malik, Chaerul Saleh, Sukarni) yang menculik mereka dan menuntut agar kemerdekaan Indonesia diproklamasikan segera. Di rumah ini pula naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dipersiapkan dan ditulis.


Pendopo Kabupaten Cianjur

Pendopo Kabupaten Cianjur
Pendopo Kabupaten Cianjur merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Cianjur. Terletak di Jalan Siti Jenab. Secara administratif masuk dalam wilayah Kampung Kebon Kembang, Kelurahan Pamoyanan, Cianjur Kota. Pendopo terletak di lingkungan perkotaan dan merupakan pusatnya Kota Cianjur.

Bangunan pendopo dibangun pada sekitar tahun 1780 setelah bangunan yang lama hancur akibat gempa pada tahun 1779.


Gedung Balai Kota Bogor

Gedung Balai KOta Bogor
Balai Kota Bogor merupakan pusat pemerintahan resmi untuk Kota Bogor. Balai ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No. 10, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Balai ini berada tepat di tepi Jalan H. Juanda, lebih kurang 600 meter sebelah barat laut dari Istana Bogor. Sebelah utara terdapat Jln. H. Juanda, sebelah timur Bank Central Asia (BCA), sebelah selatan perkantoran Kota Bogor, dan sebelah barat Hotel Salak.

Balai Kota Bogor dibangun pada 1868. Awalnya balai ini berfungsi sebagai Societeit. Societeit biasa disingkat soos, bermakna klub dalam bahasa Belanda. Yaitu perkumpulan yang didirikan sebagai tempat bergaul orang-orang Eropa di masa itu.

Gedung Balai Kota Bogor berbentuk segi empat menghadap ke arah jalan (selatan), dan memiliki halaman cukup luas dengan pintu masuk halaman dari dua pintu masuk-keluar. Bangunan ini diberi cat warna putih dan di bagian muka gedung memiliki pilar-pilar ramping yang indah sehingga tampak terkesan bangunan megah. Atap bangunan tidak tinggi, relatif rendah. Sedangkan pada bagian badan bangunan diberi profil geometrik, bagian-bagian dahi jendela dan pintu. Bagian kaki bangunan (rendah) diberi batu alam.


Gedung Sate

Gedung Sate
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda disebut Gouvernements Bedrijven (GB) merupakan bangunan yang dibangun pada masa penjajahan Belanda.  Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.

Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara. Gedung ini beralamat di Jalan Diponegoro No. 22 Kota Bandung.


Bale Pamengkang

Bale Pamengkang
Bale Pamengkang ini merupakan rumah dinas Bupati Garut yang digunakan sebagai rumah tinggal bupati beserta keluarga, terletak di belakang Pendopo, dibangun pada masa Kolonial Hindia-Belanda pada tahun 1813-1821.

Bale Pamengkang berada di Jalan Kabupaten, Kelurahan Paminggir, Kecamatan Garut Kota. Fungsinya sejak awal dibangun hingga sekarang tetap digunakan sebagai rumah Dinas Bupati.  Dengan batas utara: Pendopo dan Jalan Kabupaten, selatan: Rumah penduduk (Jalan Papandayan/Jalan Pajajaran), barat: Rumah penduduk (Jalan Cimanuk), timur: Jalan Kiansantang.


Kantor Disbudpar Kabupaten Garut

Kantor Disbudpar Kabupaten Garut
Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Garut terletak di Jalan Ciledug No. 120, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Garut Kota.

Bangunan ini mulai didirikan pada masa Hindia Belanda, yaitu pada tahun 1910. Pada awalnya berfungsi sebagai rumah tinggal Direktur Perkebunan Teh Dayeuhmanggung. Masyarakat secara umum mengenalnya sebagai Tuan Baron. Luas bangunan berukuran 37,5 m x 43,2 m. Dengan batas-batasnya utara: Jalan Gunung Galunggung, Selatan: Jalan Cakrabuana, Barat: Rumah penduduk dan Timur: Jalan Ciledug.

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia bangunan berfungsi sebagai Kantor Pembantu Bupati Wilayah I Garut Kota (Kantor Kewedanaan). Pada tahun 1965 ditempati Kantor Inspektorat Pembantu Wilayah V. Pada tahun 1992 bangunan ini ditempati oleh Kantor Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Kabupaten Garut. Kemudian pada tahun 2007 sampai sekarang digunakan sebagai Kantor Disparbud Garut.


Gunung Kunci

Gunung kunci
Gunung Kunci adalah bukit kecil yang terletak sekitar 250 m di sebelah barat alun-alun Kota Sumedang. Secara administratif, situs ini masuk dalam wilayah Gunung Panjunan, Kelurahan Kota Kulon, Kecamatan Sumedang Selatan.

Bukit yang pada permukaannya ditanami dengan pepohonan pinus oleh Perhutani ini mempunyai kandungan arkeologis yang cukup penting.  Tinggalan arkeologis tersebut adalah Benteng Kunci yang dibangun pada masa Kolonial Belanda.

Benteng dibangun dengan bahan beton dan menfaatkan morfologi Gunung Kunci. Pada bagian badan gunung dilubangi untuk lorong-lorong dan ruang-ruang dengan berbagai fungsi. Pada beberapa bagian terdapat lubang ventilasi berupa cerobong besi. Pada bagian puncaknya dibangun kelengkapan benteng berupa bangunan keliling yang mengitari puncak Gunung Kunci,  Pada bagian ini terdapat beberapa bagian berdenah setengah lingkaran yang menjorok ke luar. Pada puncak benteng inilah kita dapat melihat keindahan beberapa bagian Kota Sumedang dan sekitarnya. Hal tersebut yang menjadi daya tarik bila Benteng Gunung Kunci dikembangkan sebagai objek wisata budaya dan alam.


Monumen Lingga

Monumen Lingga
Monumen Lingga adalah bangunan yang terletak di tengah alun-alun Kota Sumedang. Monumen ini merupakan tugu peringatan yang diperuntukan untuk mengenang jasa-jasa Bupati Sumedang P.A. Suriatmaja yang meninggal sewaktu menjalankan ibadah haji dan dimakamkan di Mekkah.

Monumen Lingga merupakan bangunan permanen mempunyai dasar berbentuk bujur sangkar dengan panjang masing-masing sisi sekitar 10 m yang dilengkapi dengan sejumlah anak tangga untuk naik serta berpagar. Bagian atas dari dasar berupa bangunan berbentuk segi empat berteras, diikuti bangunan setengah lingkaran, kemudian diikuti bangunan segi empat, dan pada bagian puncak terdapat bangunan berbentuk bulat. Pada bagian segi empat yang di bawah bulatan ini terdapat inskrispi pada keempat sisinya.   Pada sisi barat terdapat inskripsi berhuruf cacarakan (huruf Jawa), pada sisi utara terdapat inskripsi berhuruf Latin berbahasa Melayu, sisi timur terdapat inskripsi berhuruf cacarakan, dan pada sisi selatan terdapat inskripsi berhuruf latin berbahasa Sunda.


Stasiun Kereta Api Cimahi

stasiun CImahi
Stasiun Cimahi (CMI) adalah stasiun kereta api kelas besar tipe C yang terletak di Baros, Cimahi Tengah, Cimahi, tepatnya di Jalan Stasiun, Kota Cimahi. Stasiun yang terletak pada ketinggian +723 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi II Bandung. Stasiun ini dibangun pada tahun 1884, dan awalnya ditujukan untuk kepentingan militer. Stasiun ini memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 1 dan 2 sebagai sepur lurus, namun hanya jalur 1-3 saja yang sering digunakan.

Di dekat stasiun ini terdapat RS TNI AD Dustira, Gereja Katolik Santo Ignatius, dan SMP Negeri 2 Cimahi. Stasiun ini merupakan satu-satunya stasiun kereta api di Kota Cimahi.


Rumah Sakit Dustira

Rumah sakit Dustira
Rumah Sakit Tk. II Dustira adalah rumah sakit yang berada di Cimahi, merupakan peninggalan Belanda yang didirikan tahun 1887 dengan nama “Milifaire Hospital” dan tahun 1956 diberi nama Rumah Sakit Dustira. Diambil dari nama Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya, seorang dokter kelahiran Tasikmalaya, 25 Juli 1919.

Rumah Sakit ini sekarang menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III/Siliwangi dan sekaligus sebagai rumah sakit rujukan tertinggi karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif.


Makam Karl Adolf Bosscha

Makam Karl Adolf Bosscha
Makam Karl Adolf Bosscha adalah Makam tempat peristirahatan terakhir Bosscha. Makam ini cukup megah. Pusaranya ditutup dengan kubah berarsitektur Eropa. Sekeliling makam dipagar dan ditutupi sejumlah pohon besar yang telah berumur tua.  Di depan pintu gerbang makam, terdapat prasasti bertuliskan tanda jasa dan penghargaan yang diterima Boscha.
Bosscha atau nama lengkapnya Karel Albert Rudolf Bosscha lahir pada tahun 1865 di Belanda, dan wafat pada tanggal 26 November 1928 di Malabar Bandung, Jawa Barat. Bosscha juga merupakan seorang pemerhati astronomi. Peninggalannya yang paling terkenal adalah Observatorium Boscha di Lembang, Jawa Barat.


Sekolah Dewi sartika

Sekolah Dewi sartika
Sekolah Dewi Sartika terletak di Jalan Keutamaan Istri No. 12, Kelurahan Balong Gede, Kecamatan Regol. Sekolah Dewi Sartika semula bernama Sakola Istri yang didirikan oleh Raden Dewi Sartika pada 16 Januari 1904, bertempat di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung. Sekolah ini merupakan sekolah pertama bagi gadis-gadis Indonesia.

Pada tahun 1914 nama sekolah itu diganti lagi menjadi Sakola Kautamaan Istri guna mendekati tujuan pendidikan di sekolah itu yakni menghasilkan wanita utama.